Teori Agensi

Hubungan antara para pemegang saham serta manajemen memang seringkali menjadi masalah yang cukup pelik di dalam perusahaan. Pendapat dari pemegang saham atau prinsipal seringkali berbeda dengan tim manajemen dan ini bisa menimbulkan masalah. Teori keagenan mencoba menjelaskan dan menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara keduanya.

Pengertian Teori Agensi

Teori agensi merupakan teori yang menjabarkan keterkaitan antara prinsipal yaitu pemegang saham atau pemilik sebuah perusahaan dengan manajemen atau agennya. Teori ini muncul ketika prinsipal mengangkat pihak lain untuk mengelola perusahaannya. Jadi, menurut teori ini, prinsipal dan agen adalah dua kubu yang berbeda.

Dengan adanya teori ini maka prinsipal tidak boleh ikut campur dalam pekerjaan yang dilakukan oleh agennya, meskipun merekalah yang mengangkat dan mempekerjakan anggota dalam manajemen tersebut. Hal ini karena keduanya sudah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing yang terpisah satu sama lain.

Pengertian Teori Agensi Menurut Para Ahli

1. Scott

Menurut Scott, salah satu cabang dari game theory adalah teori keagenan. Teori ini menelisik mengenai rumusan kontrak yang berguna untuk memberikan dorongan pada manajemen dengan basis akal sehat sehingga mereka dapat bekerja tanpa melenceng dari tujuan yang ditetapkan prinsipal.

2. Jensen dan Meckling

Kedua ahli ini membeberkan bahwa dalam teori ini organisasi adalah rangkaian kontrak antara prinsipal dengan agen. Dalam hal ini prinsipal berfungsi sebagai pemilik dari sumber daya ekonomi, sedangkan manajemen berfungsi sebagai pihak yang melakukan pengurusan persoalan pemakaian sumber yang dimiliki prinsipal tersebut.

3. Eisenhardt

Teori keagenan menurut Eisenhardt merupakan keterikatan yang merefleksikan rangka dasar keagenan antara pemilik saham dengan manajemen dalam tingkah laku yang bisa diajak untuk bekerja sama. Walaupun bisa kooperatif, namun kedua belah pihak mempunyai tujuan dan sikap yang berbeda. Titik pusat dari teori ini ialah penentuan kontrak yang dinilai paling efektif.

Asumsi-Asumsi Teori Agensi

1. Asumsi tentang Sifat Manusia

Pada dasarnya manusia memiliki tiga sifat yang paling mendasar. Sifat pertama adalah lebih mengutamakan dirinya sendiri dibandingkan pihak lain. Sifat kedua adalah mempunyai pemikiran rasional yang terbatas. Sedangkan sifat yang ketiga adalah menghindari risiko.

2. Asumsi tentang Keorganisasian

Dalam sebuah organisasi atau perusahaan pasti akan terjadi sengketa yang terjadi antar individu atau unit di dalamnya. Selain itu produktivitas kinerja akan selalu dinilai berdasarkan efisiensi dan timbulnya ketidaksimetrisan informasi antara pemegang saham dan manajemen.

3. Asumsi tentang Informasi

Informasi dalam asumsi tentang informasi merupakan sebuah komoditas yang bisa diperdagangkan.

Masalah dalam Teori Agensi

1. Agen Mengambil Keputusan Berdasarkan Kepentingan Pribadi

Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa pada dasarnya sifat manusia adalah mementingkan kepentingannya terlebih dahulu dibandingkan dengan pihak lain. Hal ini juga berlaku di dalam perusahaan.

Perbedaan tujuan antara pemegang saham dengan manajemen dapat menimbulkan conflict of interest yang bisa saja merugikan satu atau kedua belah pihak. Adapun masalah yang sering timbul adalah:

  • Kerugian pemegang saham atas tindakan manajemen
  • Administrator atau manajemen bisa melakukan rekruitmen berdasarkan pola kolusi maupun nepotisme
  • Manajemen dapat membuat kerugian dengan tidak menyudahi kontrak dengan staf yang tidak kompeten
  • Kerugian dari data laporan yang dipalsukan oleh pihak manajemen
  • Pengeluaran yang lebih besar daripada pemasukan yang dilakukan oleh manajemen

Berdasarkan pertimbangan akan masalah yang bisa ditimbulkan, maka wajib dilakukan pengawasan terhadap wewenang yang dimiliki oleh manajemen.

Ada tiga jenis gesekan yang bisa timbul di dalam sebuah perusahaan:

  • Prinsipal >< agen
  • Prinsipal >< kreditur
  • Agen >< staf

2. Informasi yang Tidak Simetris

Keadaan ideal yang diinginkan oleh semua pihak tentu adalah tersedianya informasi yang sama detail untuk prinsipal maupun agen. Namun pada kenyataanya, prinsipal memiliki data yang lebih sedikit dibandingkan dengan pihak manajemen.

Hal ini disebabkan pemegang saham sebagai prinsipal lebih mengedepankan wawasan jangka panjang sedangkan manajemen lah yang menghadapi persoalan sehari-hari perusahaan. perbedaan detail informasi yang dimiliki inilah yang sering menimbulkan kesalahpahaman.

Pihak administrator bisa saja berlaku curang dengan menyembunyikan informasi yang mereka miliki demi kepentingannya. Penyembunyian dan manipulasi data perusahaan dengan sengaja tentunya akan membawa keuntungan untuk manajemen.

Prinsipal pun bisa saja selalu curiga dan mengawasi kinerja agennya sehingga menimbulkan konflik. Asimetri informasi semacam inilah yang seringkali memicu terjadinya masalah keagenan di dalam sebuah perusahaan.

Cara Mengatasi Masalah Teori Agensi

  • Menyelaraskan kepentingan agen
  • Adanya penghargaan untuk agen
  • Penerbitan hukuman atas pelanggaran yang dilakukan
  • Mengawasi dengan cara GCG atau Good Corporate Governance
  • Asal modal perusahaan bisa didapatkan dari utang
  • Prinsipal dapat melakukan campur tangan secara eksklusif
  • Institusi dapat menaikkan saham yang dimiliki

Hubungan prinsipal dan agen memang terkadang tidak begitu baik, terlebih saat terjadi perbedaan pendapat terkait urusan finansial. Namun keduanya tetaplah saling membutuhkan sehingga harus dapat dicari jalan tengahnya. Penyelesaian masalah perbedaan pendapat tersebut dapat mengurangi kerugian yang akan dialami perusahan.