Kinerja

Dalam sebuah perusahaan, semua unit yang berkaitan di dalam proses kerja pasti dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Hal ini tentu sebuah tuntutan yang lumrah, sebab sesuai dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan, tentunya pemilik usaha menginginkan pemasukan yang sesuai dengan standar. Etos kerja yang baik tidak hanya berlaku di dalam perusahaan, tetapi juga di setiap sektor.

Kinerja sering dikaitkan dengan seberapa baik maupun buruk seorang pekerja dalam melakukan tanggung jawab mereka berkaitan dengan pekerjaan. Padahal, kinerja bukan hanya tentang itu semua. Bisa dikatakan bahwa kinerja sebenarnya bukan hanya melihat pada hasil, tetapi juga kebiasaan kerja yang dilakukan dan dampaknya pada perusahaan.

Pengertian Kinerja Menurut Ahli

Secara umum, kinerja memang memiliki kaitan dengan cara setiap individu dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, mulai dari kemampuan alami yang mereka miliki, pelatihan yang pernah diikuti hingga suasana kerja hingga kesehatan. Semua faktor tersebut akhirnya membentuk sebuah kebiasaan kerja yang nantinya mempengaruhi kualitas pekerjaan.

Sedangkan kinerja menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

  • Luthans: kinerja merupakan kualitas dan juga kuantitas dari sesuatu yang merupakan sebuah hasil. Selain itu kinerja juga bisa berupa jasa yang seseorang berikan ketika melakukan sebuah pekerjaan. Hasil ini ditinjau dari pendekatan perilaku yang terdapat dalam sistem manajemen.
  • Armstrong: kinerja merupakan perolehan ketika bekerja dan juga tingkah laku. Jadi, keduanya memang berkaitan. Jika dinilai sebagai tingkah laku maka kinerja adalah sebuah kegiatan manusia yang mengarah kepada eksekusi tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
  • Mangkunegara: hampir sama dengan Luthans, Mangkunegara juga mengatakan bahwa kinerja merupakan kualitas ataupun kuantitas yang diperoleh individu ketika melakukan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya.
  • Nurlaila: kinerja adalah output atau hasil yang diperoleh melalui sebuah proses.
  • Dessler: kinerja adalah prestasi kerja. Dengan kata lain, yaitu ratio antara keluaran dari kerja dengan standar yang sudah ada.
  • Mathis dan Jackson: kinerja tidak lain adalah hal yang dilakukan maupun tidak oleh karyawan. Sedangkan manajemen kinerja merupakan kegiatan menyeluruh yang dikerjakan sebagai cara peningkatan kinerja perusahaan. Hal ini juga mempertimbangkan kinerja tiap karyawan maupun unit kerja dalam organisasi maupun perusahaan tersebut.
  • Rivai dan Basri: kinerja merupakan perolehan atau level keberhasilan individu yang dilihat secara menyeluruh dalam kurun waktu tertentu ketika melakukan tugas yang dikomparasi dengan standar keluaran kerja, sasaran atau tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya dan sudah melalui kesepakatan bersama.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

1. Efektifitas dan Efisiensi

Menurut Prawirosentono dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1999, efektivitas dan juga efisiensi yang mempengaruhi kinerja bisa dilihat ketika tujuan awal yang sudah ditetapkan sebelumnya bisa terlaksana.

Namun, apabila dari kegiatan pencapaian tujuan tersebut menyebabkan hadirnya ekses atau akibat yang ternyata mempengaruhi banyak hal yang penting, maka kegiatan tersebut dinilai tidak efisien, walaupun efektif karena tujuan tercapai.

Jadi, jika sebuah kegiatan untuk mencapai tujuan menghasilkan akibat yang bersifat remeh, maka bisa dikatakan bahwa aktivitas tersebut efisien. Inilah yang seharusnya diperlukan untuk mencapai kinerja yang baik, bukan hanya efektif namun juga efisien karena menghemat banyak hal.. Penghematan bukan hanya perihal biaya, tetapi juga waktu.

2. Otoritas (Wewenang)

Masih menurut Prawirosentono, otoritas merupakan komunikasi yang bersifat perintah yang diberikan oleh tingkatan yang lebih tinggi. Namun, wewenang juga bisa berlaku dari strata yang sama, apabila penyerahan kekuasaan tersebut sesuai dengan kontribusi tiap individu yang terlibat.

Isi dari komunikasi seperti ini adalah deretan larangan dan tugas yang harus dikerjakan agar sesuai dengan tujuan perusahaan. Setiap orang yang mendapatkan mandat semacam ini harus menerima konsekuensi, yaitu tenggat waktu dan tanggung jawab lainnya.

3. Disiplin

Disiplin berkaitan dengan ketaatan terhadap aturan maupun hukum yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Setiap karyawan harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya berkaitan dengan perjanjian kerja yang telah disepakati ketika pertama bergabung dengan perusahaan tersebut.

Disiplin bisa meliputi perihal pakaian yang ditetapkan ketika masuk ke kantor, jam masuk kerja, penyelesaian tugas dan pekerjaan, hingga hal detail lain yang ditetapkan kemudian atas kesepakatan bersama.

4. Inisiatif

Setiap karyawan dituntut untuk memiliki inisiatif, yaitu kreativitas ketika melakukan tugas yang dikerjakan. Inisiatif berbicara tentang satu langkah lebih depan daripada apa yang bisa dikerjakan.

Dengan memiliki daya pikir yang lebih maju, setiap karyawan akan bisa menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan cepat dan tepat, bahkan seringkali melebihi ekspektasi dari pemberi otoritas.

Karakteristik Kinerja Karyawan

  • Memiliki keberanian ketika menghadapi resiko dari tanggung jawab maupun tindakan yang dilakukan
  • Memberikan umpan balik yang terukur dan tepat ketika mengerjakan setiap tugas pekerjaan yang dibebankan kepadanya
  • Berkepribadian baik serta sangat bertanggung jawab
  • Setiap tujuan yang dikerjakan ditetapkan dengan realistis
  • Bertindak cepat dalam mewujudkan setiap rencana yang sudah disusun
  • Rencana kerjanya terstruktur secara keseluruhan
  • Memiliki semangat juang yang tinggi untuk mewujudkan rencana kerjanya

Indikator Kinerja Karyawan

1. Kualitas

Setiap pekerjaan yang dihasilkan oleh karyawan yang diberikan tanggung jawab tersebut dinilai kualitasnya berdasarkan perbandingan dengan kemampuan kerjanya serta kesempurnaan dalam pelaksanaan tugas. Hal lain seperti ketepatan waktu pengerjaan, ketepatan pengambilan keputusan hingga hasil dari pekerjaan tersebut bisa menjadi penilaian kualitas.

2. Kuantitas

Kuantitas berbicara perihal jumlah. Jadi, banyak sedikitnya tugas yang mampu dikerjakan oleh setiap individu di dalam sebuah perusahaan menjadi nilai ukur kinerjanya di dalam perusahaan. Jumlah bisa berkaitan dengan unit maupun siklus dari setiap kegiatan yang berhasil dikerjakan hingga selesai.

Semakin banyak tugas yang bisa dikerjakan dalam rentang waktu yang pendek, maka kinerja karyawan tersebut akan diberikan nilai yang lebih. Namun, bukan hanya itu, semua pekerjaan juga harus selesai sempurna tanpa meninggalkan masalah yang harus direvisi.

3. Ketepatan Waktu

Karyawan dengan kinerja yang baik bukan hanya dapat menyelesaikan pekerjaan dalam rentang waktu yang sudah disepakati, tetapi bisa mengerjakan aktivitas yang lain juga namun dengan hasil yang sama-sama baik. Ketepatan waktu juga bisa berbicara tentang penyelesaian pekerjaan di awal waktu yang sudah ditetapkan.

Jika semua karyawan dapat menyelesaikan tugas tepat waktu, maka tujuan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan dapat segera tercapai. Setiap pekerjaan yang tertunda penyelesaiannya, walau hanya karena satu orang atau satu unit kerja saja, dapat mempengaruhi kinerja keseluruhan perusahaan.

4. Efektivitas

Dalam sebuah perusahaan terdapat sumber daya yang bisa dioptimalkan. Sumber daya tersebut meliputi bahan baku, modal, tenaga hingga teknologi. Setiap karyawan yang berkinerja baik akan mampu untuk memberikan nilai lebih dari setiap sumber daya yang ada. Mereka dapat memanfaatkan apa yang ada secara optimal hingga menghasilkan keuntungan yang lebih besar tanpa melakukan penambahan unit.

Tak jarang efektivitas juga berkaitan erat dengan kuantitas. Seorang karyawan dengan kinerja yang baik bisa melakukan pekerjaan dengan lebih cepat dan juga sering kali lebih banyak dalam satu waktu, sehingga sisa waktu bisa digunakan untuk hal lain sehingga bisa lebih efektif.

5. Kemandirian

Setiap karyawan yang mendapatkan tanggung jawab terhadap sebuah tugas maupun pekerjaan harus mampu merampungkannya tanpa harus membebani pihak lain yang tidak berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Setiap karyawan juga harus memahami bahwa mereka adalah pribadi yang akan dinilai secara individu dan utuh, walaupun terkadang tugas yang dibebankan adalah tugas tim.

Setiap karyawan harus bisa bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang mereka ambil ketika melakukan pekerjaan. Kemandirian juga berbicara perihal inisiatif dalam melakukan pekerjaan. Dengan memiliki konsep berpikir yang lebih bebas dan maju, maka tanpa perlu disuruh, setiap karyawan bisa melakukan pekerjaan yang lebih efektif dan efisien.

6. Komitmen Kerja

Ketika memutuskan untuk bergabung dengan sebuah perusahaan, setiap karyawan sudah menyadari hak dan tanggung jawabnya. Maka dalam keseharian, mereka juga harus mau melakukan setiap pekerjaan dan diatur dengan hukum dan peraturan yang berlaku di dalam kantor tersebut.

Hal-hal di luar pekerjaan yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya pengajuan cuti maupun ketika sakit bisa dilakukan namun tetap mengedepankan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan.

Gagasan mengenai kinerja memang harus disepakati bersama agar tidak timbul persepsi tersendiri tentang batasan boleh dan tidak boleh dalam pekerjaan. Kinerja sendiri juga sudah mengalami konseptualisasi dalam beberapa tahun untuk menghindari ketidaksepahaman mengenai konsep etos kerja tersebut.