Setiap bisnis pasti memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan, sehingga bisnis tersebut bisa berlanjut dalam jangka waktu yang lama. Performa suatu perusahaan dapat diketahui menggunakan rasio profitabilitas.
Rasio profitabilitas dijadikan sebagai bahan perbandingan yang digunakan oleh investor. Jika suatu perusahaan tidak bisa menghasilkan laba yang menjanjikan, maka investor juga tidak mau untuk melakukan investasi.
Apa Itu Rasio Profitabilitas?
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan dari suatu perusahaan, untuk memperoleh laba dari pendapatan yang berhubungan dengan aset, penjualan, dan ekuitas berdasarkan suatu pengukuran.
Jenis-jenis rasio profitabilitas digunakan untuk menunjukkan seberapa besar keuntungan yang didapatkan dari kinerja perusahaan.
Fungsi Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas berfungsi sebagai pencatatan dari transaksi keuangan yang akan dinilai oleh investor maupun kreditur. Pihak tersebut akan menilai jumlah laba investasi yang akan diperoleh serta besar laba perusahaan, untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar utang kepada kreditur.
Semakin tinggi nilai rasio suatu perusahaan, maka kondisi perusahaan juga semakin baik berdasarkan dari rasio profitabilitas. Nilai yang tinggi menunjukkan tingkat laba serta efisiensi perusahaan yang tinggi dan dapat dilihat dari arus kas serta tingkat pendapatan.
Rasio profitabilitas akan menunjukkan hasil akhir dari semua kebijakan keuangan serta keputusan operasional yang dilakukan manajemen dari perusahaan, sehingga pencatatan dari kas kecil juga akan memiliki pengaruh.
Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas dan Contoh Perhitungannya
1. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Marjin laba kotor adalah rasio profitabilitas yang dipakai untuk menilai persentase dari laba kotor terhadap pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan.
Laba kotor dipengaruhi laporan arus kas menjelaskan besaran laba yang diperoleh perusahaan, dengan pertimbangan biaya yang digunakan untuk memproduksi jasa atau produk. Marjin laba kotor juga disebut sebagai rasio marjin kotor atau gross margin ratio.
Rasio marjin kotor mengukur efisiensi dari perhitungan harga pokok atau biaya produksi. Jika rasio marjin kotor semakin besar, maka kegiatan operasional juga semakin baik atau efisien.
Hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan lebih rendah, dibandingkan penjualan atau sales yang akan dipakai untuk keperluan audit operasional. Namun jika sebaliknya, maka perusahaan kurang baik dalam menjalankan kegiatan operasional.
Rumus yang digunakan untuk menghitung laba kotor, yaitu:
Marjin Laba Kotor = (Laba kotor / Total pendapatan) x 100%
-
Contoh Perhitungan
Laba kotor PT ABC adalah Rp50.000.000,00
Total pendapatan perusahaan PT ABC adalah Rp60.000.000,00
Maka marjin laba kotor perusahaan PT. ABC adalah:
(Rp50.000.000,00 / Rp60.000.000,00) x 100%
Marjin laba kotor perusahaan = 83,33%
2. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Marjin laba bersih atau net profit margin adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk menilai persentase laba bersih yang diperoleh, sesudah dikurangi dengan pajak terhadap pendapatan yang didapatkan dari hasil penjualan.
Marjin laba bersih juga bisa disebut sebagai profit margin ratio. Rasio tersebut mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Jika net profit margin semakin tinggi, maka operasi dalam suatu perusahaan juga semakin baik. Rumus untuk menghitung marjin laba bersih, yaitu:
Marjin Laba Bersih = Laba bersih setelah pajak / penjualan
-
Contoh Perhitungan
Pendapatan penjualan bersih (net sales) = Rp230.000.000,00
Laba bersih setelah pajak (net profit after tax)= Rp20.000.000,00
Berapa margin laba bersih(net profit margin)?
Margin laba bersih = laba bersih setelah pajak / Pendapatan penjualan bersih
Margin laba bersih = Rp20.000.000,00 / Rp230.000.000,00
Margin laba bersih = 8,69%
3. Rasio Pengembalian Aset (Return On Assets Ratio)
Return on asset ratio adalah rasio profitabilitas yang dipakai untuk menilai persentase laba, yang didapatkan oleh suatu perusahaan berhubungan dengan sumber daya atau total aset. Dengan demikian, efisiensi dari perusahaan dalam mengelola aset dapat ditunjukkan oleh rasio tersebut.
Rumus perhitungan rasio pengembalian aset, yaitu:
ROA = Laba bersih / Total aset
-
Contoh Perhitungan
Laba bersih perusahaan PT X adalah Rp160.000.000,00
Total aset yang dimiliki adalah Rp19.000.000,00
Berapa ROA perusahaan PT X?
ROA = Laba bersih / Total aset
ROA = Rp160.000.000,00 / Rp19.000.000,00 = 8,42%
4. Rasio Pengembalian Ekuitas (Return On Equity Ratio)
Rasio pengembalian ekuitas adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan, dalam mendapat keuntungan dari investasi pemegang saham yang dinyatakan dalam bentuk persen.
ROE bisa diketahui dari income atau penghasilan perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham biasa serta pemegang saham preferen).
Rasio pengembalian ekuitas akan memperlihatkan tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola modal atau net worth. Dengan demikian, tingkat keuntungan tersebut dapat diukur dari investasi pemegang saham atau pemilik modal.
ROE merupakan rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha. Rumus perhitungan rasio pengembalian ekuitas, yaitu:
ROE = Laba bersih setelah pajak / Ekuitas pemegang saham
-
Contoh Perhitungan
Berdasarkan laporan keuangan PT XY yang diterbitkan pada 31 Desember 2020, PT. XY yang bergerak dalam bidang konstruksi mempunyai laba bersih sesudah pajak yaitu Rp300.000.000,00 dan total ekuitas para pemegang saham adalah Rp700.000.000,00.
Berapa rasio pengembalian ekuitas PT XY?
ROE = Laba bersih setelah pajak / Ekuitas pemegang saham
ROE = Rp300.000.000,00 / Rp700.000.000,00
ROE = 42,85%
5. Rasio Pengembalian Penjualan (Return On Sales Ratio)
Rasio pengembalian penjualan atau return on sales adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah melakukan pembayaran biaya variabel.
Contoh biaya variabel produksi, misalnya bahan baku, upah pekerja, dan biaya lainnya sebelum dikurangi dengan bunga dan pajak.
Rasio tersebut menampilkan tingkat keuntungan yang didapatkan dari setiap rupiah hasil penjualan yang disebut juga sebagai margin operasional atau margin pendapatan.
Berikut rumus perhitungan rasio pengembalian penjualan, yaitu:
ROS = (Laba sebelum pajak dan bunga / Penjualan) x 100%
-
Contoh Perhitungan
PT Bintang Maju Jaya menghasilkan laba sebelum pajak dan bunga yaitu Rp110.000.000,00 dan penjualan yaitu Rp1.000.000.000,00. Berapa return on sales dari PT Bintang Maju Jaya?
ROS = (Laba sebelum pajak dan bunga / Penjualan) x 100%
ROS = (Rp110.000.000,00 / Rp1.000.000.000,00) x 100%
ROS = 11%
6. Pengembalian Modal yang Digunakan (Return On Capital Employed)
Return on Capital Employed atau yang biasa disingkat ROCE adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur keuntungan perusahaan dari modal yang digunakan dalam bentuk persentase.
Modal yang dipakai adalah ekuitas dari suatu perusahaan ditambah dengan kewajiban tidak lancar atau total aset dikurangi kewajiban lancar. ROCE menampilkan efisiensi dan profitabilitas modal atau investasi.
Laba sebelum pengurangan bunga dan pajak juga dikenal dengan nama Earning Before Interest and Tax atau EBIT. Berikut rumus perhitungan Return on Capital Employed, yaitu:
ROCE = Laba sebelum pajak dan bunga / Modal kerja
Atau
ROCE = Laba sebelum pajak dan bunga / (Total aset – Kewajiban)
-
Contoh Perhitungan
Terdapat perusahaan yang memiliki total aset yaitu Rp1.100.000.000,00 dengan kewajiban yaitu Rp400.000.000,00. Di tahun yang sama perusahaan mendapatkan laba bersih yaitu Rp800.000.000,00. Berapa ROCE perusahaan?
ROCE = Laba operasi bersih / (Total aset – Kewajiban)
ROCE = Rp800.000.000,00 / (Rp1.100.000.000,00 – Rp400.000.000,00)
ROCE = Rp800.000.000,00 / Rp 700.000.000,00
ROCE = 1,1 kali
7. Return On Investment (ROI)
Return on investment adalah rasio profitabilitas yang digunakan dengan cara menghitung laba bersih sesudah dikurangi dengan pajak terhadap total aktiva.
Fungsi dari return on investment adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan secara menyeluruh, dalam menghasilkan keuntungan terhadap aktiva secara keseluruhan yang tersedia pada perusahaan.
Apabila nilai rasio semakin tinggi, maka kondisi perusahaan juga semakin baik. Berikut rumus perhitungan return on investment, yaitu:
ROI = ( (Laba atas investasi – Investasi awal) / Investasi) x 100%
-
Contoh Perhitungan
PT Jingga melakukan investasi dengan jumlah Rp400.000.000,00 kepada usaha yang menjual mesin. PT Jingga ternyata memperoleh penjualan sebesar 700 unit mesin. Dari penjualan tersebut keuntungan yang didapatkan perusahaan adalah Rp550.000.000,00. Berapa ROI?
Diketahui: Modal investasi awal adalah Rp400.000.000,00
Keuntungan investasi adalah Rp150.000.000,00
ROI = ( (Laba atas investasi – Investasi awal) / Investasi) x 100%
ROI = Rp150.000.000,00 / Rp500.000.000,00 x 100%
ROI = 30%
8. Earning Per Share (Eps)
Earning per share adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk menilai tingkat kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan keuntungan. Pihak manajemen perusahaan, pemegang saham, serta calon pemegang saham akan sangat memperhatikan EPS.
EPS adalah indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan. Rumus perhitungan earning per share, yaitu:
EPS = (Laba bersih setelah pajak – Dividen saham preferen) / Jumlah saham biasa yang beredar
-
Contoh Perhitungan
PT Merah Muda memiliki saham yang beredar sebanyak satu juta lembar di tahun 2019. Laba bersih setelah pajak yang dimiliki adalah Rp800.000.000,00.
PT Merah Muda memutuskan untuk membagikan sebesar 10% dividen atau sebesar Rp80.000.000,00 untuk pemegang saham.
Berapa EPS atau laba per lembar saham PT Merah Muda?
EPS = (Laba bersih setelah pajak – dividen) / Jumlah saham yang beredar
EPS = (Rp800.000.000,00 – Rp80.000.000,00) / 1.000.000
EPS = Rp720.000,-
Untuk memperhitungkan tingkat laba dari suatu perusahaan maka rasio keuangan yang memuat rasio profitabilitas sangat diperlukan. Perusahaan yang memiliki nilai rasio tinggi menunjukkan bahwa kinerja dari perusahaan baik dan investor mau melakukan investasi di perusahaan tersebut.