Tujuan utama seseorang melakukan bisnis tidak lain adalah agar memperoleh keuntungan atau istilahnya laba. Dalam ilmu akuntansi sendiri terdapat pembahasan lain mengenai laba, yakni laba ditahan.
Laba ditahan ini sangat penting diketahui, terutama bagi para pemegang saham karena merupakan informasi penting dalam laporan keuangan. Lantas, apa yang dimaksud dengan laba ditahan, dan bagaimana manfaatnya bagi dunia bisnis?
Pengertian Laba Ditahan
Dalam dunia bisnis, istilah laba ditahan merupakan istilah untuk menyebut laba yang tak dibagi, yakni keseluruhan maupun sebagian laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu serta tidak dibagikan kepada dividen mereka, yakni para pemegang saham.
Adapun yang disebut dengan dividen adalah pembagian saham sesuai dengan persentase atau jumlah kepemilikan saham para pemegang saham sebuah perusahaan. Laba ditahan ini sifatnya adalah hasil kesepakatan, karena sudah melalui proses diskusi pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Untuk menentukan laba ditahan ini ada beberapa aspek yang dilihat ketika RUPS tersebut berlangsung, seperti melihat kondisi keuangan perusahaan, kebutuhan dana operasional periode berikutnya, serta bagaimana perusahaan menjalankan strategi pemasaran pada periode berikutnya.
Selain mempertimbangkan hal-hal tersebut, besarnya jumlah laba ditahan juga bergantung pada beberapa hal, antara lain:
- Perubahan harga pokok produksi
- Perubahan pajak perusahaan
- Perubahan harga pokok penjualan
- Perubahan biaya administrasi
- Perubahan harga pokok pesanan
- Perubahan jumlah dividen yang akan dibayar kepada para pemegang saham
- Perubahan penerimaan bersih
Pembatasan Laba Ditahan
Laba ditahan dapat dibatasi pada tindakan dewan direksi perseroan yang dapat diatur oleh aturan kontrak, aturan hukum, ataupun kebijakan direksi. Jumlah yang disebut dengan appropriation yang menjadi bagian dari laba ditahan harus dilaporkan pada laporan keuangan.
Misalnya, agar modal perusahaan tidak digunakan untuk membayar saham treasury, maka terdapat beberapa ketentuan yang mengharuskan adanya pembatasan laba ditahan sejumlah saham tersebut.
Selain itu, ketentuan dalam kontrak juga bisa menjadi penyebab dewan direksi menerima permintaan pembatasan atau melakukannya secara sukarela.
Misalnya, adanya syarat pada saat melakukan peminjaman ke bank termasuk pembatasan, juga dapat menyebabkan dewan direksi melakukan pembatasan agar nantinya uang tersebut tidak digunakan untuk membayar dividen. Melainkan digunakan sebagai dana pengembalian pinjaman ke bank.
Dalam kasus lain, misalnya untuk menyediakan dana lebih banyak dalam rangka pengembangan bisnis, dewan direksi dapat melakukan pembatasan terhadap pembagian dividen secara sukarela.
Manfaat Laba Ditahan
Adanya laba ditahan ini juga memberikan manfaat, terutama manfaat bagi operasional perusahaan, di antaranya:
1. Membiayai Operasional Perusahaan
Agar operasional perusahaan tetap lancar, tentu dana yang dibutuhkan harus cukup, termasuk dana yang ada di dalam kas kecil dan kas besar perusahaan. Tanpa adanya dana yang cukup, operasi perusahaan akan terhambat atau bahkan tidak bisa berjalan.
Untuk itu, adanya laba ditahan sangat berperan penting dalam menjaga kinerja perusahaan agar tetap bisa berjalan lancar sesuai dengan harapan untuk berkembang lebih besar. Apabila perusahaan memperoleh laba dengan jumlah kecil, maka laba ditahan dapat diambil.
Tentunya hal ini harus disetujui terlebih dahulu oleh para pemegang saham, karena mereka juga memiliki hak untuk menentukan apakah laba ditahan disetujui atau tidak.
2. Membayar Utang Perusahaan
Manfaat kedua dari diambilnya laba ditahan adalah dapat digunakan untuk membayar utang perusahaan, terutama utang yang mendekati tanggal jatuh tempo. Dengan membayar utang tepat waktu, nama baik perusahaan akan terjaga dengan baik.
Selain itu, adanya utang yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan juga bisa diatasi dengan penggunaan laba ditahan ini. Untuk itu, para pemegang saham tentu akan setuju karena jika perusahaan mengalami kendala, tentu kepemilikan saham mereka juga akan berpengaruh.
3. Investasi Perusahaan di Masa Mendatang
Suatu perusahaan tentu menginginkan adanya peningkatan dalam usaha mereka, sehingga tak jarang perusahaan melakukan investasi di bidang bisnis yang lainnya. Untuk melakukan investasi bisnis ini perusahaan dapat melakukan laba ditahan sebagai sumber dana mereka.
Dengan penggunaan laba ditahan, diharapkan nantinya perusahaan dapat melebarkan sayap dan terus berinovasi, agar perusahaan tidak hanya berjalan statis atau bahkan menurun.
4. Modal Cadangan
Meski sebagai antisipasi, modal cadangan harus dipersiapkan agar suatu saat perusahaan kekurangan dana atau membutuhkan modal lain ada dana yang bisa digunakan. Dengan adanya laba ditahan ini, perusahaan tidak bersusah payah mencari modal jika sedang kesulitan finansial.
Modal cadangan dari laba ditahan ini juga dapat menghindari perusahaan dari meminjam dana ke bank yang dapat menambah utang dan justru memberatkan perusahaan.
Penyesuaian Laba Ditahan Periode Sebelumnya
Kesalahan perhitungan serta kesalahan menerapkan prinsip akuntansi dapat menyebabkan timbulnya kesalahan material laba bersih periode sebelumnya. Bukan hanya satu atau dua periode, kesalahan bisa jadi baru dideteksi setelah beberapa periode dalam kasus tertentu.
Hal itu tidak bisa dijadikan perhitungan untuk menentukan laba bersih pada periode terkait, apabila tidak pada periode fiskal yang sama dengan waktu kesalahan terjadi tidak bisa ditemukan pengaruhnya.
Namun, meskipun sudah lewat beberapa periode, kesalahan tersebut masih bisa diperbaiki, dan apabila kesalahan tersebut diperbaiki, maka akan dilaporkan pada laporan laba ditahan.
Perbaikan tersebut itulah yang dinamakan sebagai penyesuaian periode sebelumnya atau prior periode adjustment yang dilaporkan sebagai bahan penyesuaian saldo laba ditahan awal periode.
Namun, biasanya sistem akuntansi sudah melalui perancangan yang cukup cermat untuk menghindari kesalahan yang bisa terjadi. Dengan adanya hal tersebut, maka dapat mendeteksi kesalahan secara cepat untuk selanjutnya dikoreksi.
Cara Menghitung Laba Ditahan
Untuk menghitung laba ditahan ada dua cara yang bisa digunakan. Gunakan salah satu cara yang lebih mudah, namun tentunya harus terdapat informasi-informasi yang cukup untuk mendukung perhitungan tersebut.
1. Mengumpulkan Keperluan Data dari Laporan Keuangan
Riwayat keuangan perusahaan harus dicatat dalam laporan keuangan secara resmi, dengan begitu jika suatu saat informasi keuangan tersebut dibutuhkan dapat ditemukan dengan mudah. Sama seperti saat menghitung laba ditahan, riwayat keuangan ini akan digunakan.
Data-data dari laporan keuangan tersebut digunakan untuk mengetahui jumlah laba ditahan di tanggal tertentu, jumlah dividen yang telah dibayar, serta berapa laba bersih yang didapatkan. Nantinya, informasi mengenai laba ditahan hingga periode pencatatan terakhir akan ditampilkan pada neraca.
Untuk menghitung laba ditahan dari informasi data dalam laporan keuangan dapat menggunakan rumus:
Laba ditahan = Laba bersih – Dividen yang telah dibayar
Langkah selanjutnya adalah menghitung laba bersih kumulatif, yakni dengan cara menambahkan hasil penghitungan laba ditahan sebelumnya dengan saldo laba ditahan yang telah tersedia saat ini.
Contoh:
Saldo laba ditahan kumulatif tahun 2018 adalah Rp600.000.000,00. Di tahun 2019, perusahaan menerima laba bersih sebesar Rp20.000.000,00 dan telah membayar dividen sebesar Rp5.000.000,00. Maka nilai saldo akhir laba ditahan di tahun 2019 adalah:
Laba ditahan periode 2019 = Rp20.000.000,00 – Rp5.000.000,00
= Rp15.000.000,00
Saldo akhir laba ditahan = Rp600.000.000,00 + Rp15.000.000,00
2. Apabila Informasi Laba Bersih Tidak Pasti
Proses yang kedua ini memerlukan langkah yang lebih panjang dari penghitungan menggunakan metode sebelumnya, yakni:
a. Menghitung Laba Kotor
Adapun yang disebut dengan laba kotor adalah nilai laba yang didapatkan dari hasil pengurangan nilai hasil penjualan dengan harga pokok penjualan, yang dilaporkan pada laporan laba rugi.
Contoh:
Penjualan dalam satu kuartal adalah Rp200.000,00, namun harus membayar barang-barang kebutuhan sebesar Rp100.000,00. Maka laba kotor yang didapatkan pada satu kuartal tersebut adalah:
Laba kotor = Rp200.000,00 – Rp100.000,00
= Rp100.000,00
b. Laba Operasi
Laba operasi merupakan laba yang didapatkan perusahaan setelah melakukan pembayaran atas biaya-biaya penjualan dan biaya operasi, termasuk upah yang telah dibayarkan.
Cara menghitung laba operasi adalah dengan mengurangi laba kotor dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk operasional perusahaan, namun harga pokok penjualan tidak dimasukkan ke dalamnya.
Contoh:
Dari perhitungan sebelumnya, laba kotor yang didapatkan adalah Rp100.000,00, sedangkan perusahaan harus membayar biaya administrasi dan upah sebesar Rp20.000,00.
Laba operasi = Rp100.000,00 – Rp20.000,00
= Rp80.000,00
c. Menghitung Laba Bersih sebelum Pajak
Langkah selanjutnya setelah menghitung laba operasi adalah menghitung laba bersih sebelum pajak, yakni dengan cara mengurangi laba operasi perusahaan dengan amortisasi, bunga, dan depresiasi.
Yang dimaksud amortisasi dan depresiasi merupakan hasil penyusutan aktiva dalam masa ekonomisnya.
Contoh:
Perusahaan harus membayar bunga sebesar Rp2.000,00 dan depresiasi sebesar Rp5.000,00.
Laba bersih sebelum pajak = Rp80.000,00 – Rp2.000,00 – Rp5.000,00
= Rp73.000,00
d. Menghitung Laba Bersih Setelah Pajak
Setelah laba bersih sebelum pajak diketahui, untuk menghitung laba bersih setelah pajak caranya adalah dengan mengalikan besarnya pajak perusahaan dengan laba bersih sebelum pajak. Langkah selanjutnya, kurangi laba bersih sebelum pajak dengan hasil perkalian sebelumnya.
Contoh:
Besarnya pajak perusahaan adalah 40% dan besarnya laba bersih sebelum pajak adalah Rp73.000,00.
Biaya pajak = 40% x Rp73.000,00
= Rp29.200,00
Laba bersih setelah pajak = Rp73.000,00 – Rp29.200,00
= Rp43.800,00
e. Kurangi dengan Jumlah Dividen Terbayar
Nominal laba bersih setelah pajak yang sudah dihitung sebelumnya akan dikurangi dengan dividen yang sudah dibayar, untuk mendapatkan nominal laba ditahan periode pembukuan yang sedang berlangsung.
Contoh:
Besarnya dividen yang harus dibayar perusahaan kepada investor adalah Rp20.000,00.
Laba ditahan = Rp43.800,00 – Rp20.000,00
= Rp23.800,00
f. Menghitung Saldo Akhir dari Akun Laba Ditahan
Laba ditahan merupakan hasil kumulatif dari laba ditahan sebelumnya, mulai dari sejak perusahaan berdiri pertama kali hingga saat ini.
Untuk menentukan saldo akhir laba ditahan, caranya adalah dengan menambahkan laba ditahan periode saat ini dengan saldo laba ditahan periode pembukuan sebelumnya.
Contoh:
Saldo laba ditahan kumulatif periode sebelumnya adalah Rp300.000,00.
Saldo akhir = Rp300.000,00 + Rp23.800,00
= Rp323.800,00
Informasi mengenai serba-serbi laba ditahan di atas bisa dijadikan media pembelajaran yang sangat bermanfaat dalam dunia akuntansi. Jika ingin menghitungnya, gunakan saja rumus yang sudah dijabarkan di atas.