Sunan Muria, salah seorang dari sembilan wali yang menjadi pionir agama Islam di Indonesia, dikenal dengan metode ceramah yang unik melalui seni dan budaya, serta pengajaran keterampilan praktis kepada masyarakat setempat. Dalam artikel ini, kami akan memaparkan sejarah hidup Sunan Muria, mengungkap metodenya dalam penyampaian agama Islam, serta pengalaman pribadi kami mengenai tokoh yang terkenal dengan tekun dan maju ini.
Sejarah Sunan Muria
Sunan Muria, lahir dengan nama Raden Umar Said pada abad ke-15, merupakan putra dari Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh. Ia aktif dalam menyebarkan agama Islam di Jawa Tengah dan terkenal dengan kegemarannya dalam hidup di daerah terpencil, serta interaksi dengan masyarakat setempat.
Dilansir dari sejarawan Ahmad Rofi’ Usman, Sunan Muria memulai aktivitas dakwahnya di desa Kerjo pada awal abad ke-16. Ia sempat tinggal dan bermukim lama di daerah utara Jawa, dari Purwodadi hingga ke daerah Pegunungan Muria. Di sana, ia berinteraksi dengan banyak orang dan mengajarkan praktik berdagang, membajak, dan hal-hal lain yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat.
Ia juga dikenal sebagai mediator dalam konflik di Kerajaan Demak dan selalu mencari cara untuk membantu masyarakat melalui pengajaran ilmu-ilmu yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Sunan Muria meninggal pada tahun 1551 dan dimakamkan di desa Colo, Kecamatan Gawe, Kudus, Jawa Tengah.
Metode Unik dalam Penyebaran Islam
Sunan Muria memiliki metode unik dalam penyebaran agama Islam. Ia mengajarkan ilmu bermanfaat kepada masyarakat setempat dan selalu mencari cara untuk membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. Berikut adalah beberapa metode unik Sunan Muria dalam penyebaran Islam:
1. Mempertahankan Seni dan Budaya Lokal
Salah satu metode unik Sunan Muria adalah dengan mempertahankan seni dan budaya lokal. Ia memperkenalkan seni kebudayaan seperti wayang dan gamelan sebagai bentuk dakwah Islam. Sunan Muria memadukan seni dan keagamaan untuk menciptakan nilai-nilai spiritual yang lebih dalam dalam masyarakat.
Ia juga mempertahankan kesenian itu sebagai warisan budaya dan sebagai media dakwah yang efektif bagi masyarakat yang senang dengan kegiatan seni dan budaya. Sunan Muria mencoba untuk mengajarkannya melalui akulturasi budaya antara agama Islam dan kebudayaan lokal.
2. Hidup di Daerah Pedesaan
Salah satu cara Sunan Muria menyebarkan Islam adalah dengan hidup di daerah pedesaan yang jauh dari keramaian kota. Ia gemar hidup di puncak Gunung Muria yang disebut Colo. Di sana, ia berinteraksi dengan banyak orang dan mengajarkan praktik berdagang, membajak, dan hal-hal lain pada masyarakat.
Menurut Hembing Wijayakusuma dan Budi Darma, dalam buku “Sunan Muria & Tradisi keilmuan Jawa kuna”, kegemarannya tersebut merupakan bukti nyata cita-cita membina kemaslahatan sosial secara menyeluruh. Di sana, ia belajar dari pengalaman dan keseharian masyarakat untuk mengajarkan Islam dengan lebih mudah dipahami oleh mereka.
3. Mengajarkan Ilmu Bermanfaat kepada Masyarakat
Selain mengajarkan agama Islam, Sunan Muria juga mengajarkan ilmu bermanfaat kepada masyarakat. Ia menekankan pentingnya keterampilan praktis seperti pertanian, perikanan, dan hal-hal lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Mohamad Mahfuz Anshari, pengajaran Sunan Muria kepada masyarakat mengenai keterampilan pertanian, perikanan, dan ketrampilan lain tersebut menjadi modal dasar masyarakat pedesaan dalam meningkatkan standar kehidupannya.
Jejak Historis Sunan Muria
Sunan Muria adalah anak dari Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh. Tepatnya, ia merupakan putra bungsu dari kedua orang tua tersebut. Ia menikah dengan Dewi Sujinah, anak dari Sunan Ngudung. Meskipun tidak banyak yang diketahui mengenai kehidupannya, Sunan Muria dikenal akan kehebatannya sebagai seorang guru spiritual yang mempunyai pengaruh besar dalam mengembangkan ajaran Islam di Jawa.
Sunan Muria menetap di berbagai tempat di Jawa, termasuk di kawasan Gunung Muria. Kuatnya pengaruh akidah Agama Islam atas masyarakat Jawa, terutama di kawasan Gunung Muria, salah satunya karena di kawasan tersebut terdapat kerajaan terkenal yaitu Kerajaan Demak, tempat Sunan Muria tinggal dan sibuk mengembangkan ajaran Islam.
Upaya Pelestarian Lingkungan
Salah satu kontribusi Sunan Muria yang tidak bisa diabaikan adalah upayanya dalam melestarikan lingkungan di kawasan Gunung Muria. Beliau mengajarkan masyarakat untuk merawat bumi dan menghindari tindakan yang merusak lingkungan, seperti penebangan hutan secara sembarangan. Sunan Muria mengajarkan bahwa kelestarian lingkungan akan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
Kamu dapat menyaksikan hasil upaya pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh Sunan Muria pada waktu berkunjung ke kawasan Gunung Muria. Pemandangan yang masih asri dengan sumber air yang jernih masih bisa ditemukan di sana, meskipun kadang sulit diakses.
Perubahan Tradisi Bancakan (Selamatan) Menjadi Kenduri
Selain upayanya dalam melestarikan lingkungan, Sunan Muria juga mengubah beberapa tradisi yang ada di Jawa, seperti bancakan (selamatan) yang diubah menjadi kenduri untuk mengirim doa kepada leluhur melalui doa-doa Islam. Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya menghindari perilaku yang merugikan orang lain.
Sunan Muria mengajarkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan seharusnya bertujuan untuk membawa keberkahan bagi seluruh masyarakat. Oleh karena itu, ia dikenal sebagai salah satu ulama Jawa yang menekankan pentingnya keseimbangan antara kepentingan agama dan kepentingan masyarakat.
Penyebaran Islam Melalui Gamelan dan Wayang
Kamu mungkin sudah sering mendengar bahwa Sunan Muria menyebarkan ajaran Islam melalui gamelan dan wayang. Menurut sejarah, beliau memanfaatkan seni sebagai media dakwah untuk menarik perhatian masyarakat.
Hal ini bisa dilihat dari keberadaan gamelan dan wayang di berbagai tempat di Jawa hingga saat ini. Seni gamelan dan wayang tidak hanya sebagai sarana hiburan, tetapi juga memiliki nilai religius yang tinggi dan menjadi bentuk penghormatan yang diberikan kepada Sunan Muria.
Masjid Sunan Muria yang Terletak di Puncak Gunung
Masjid Sunan Muria terletak di puncak Gunung Muria dengan ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut. Masjid ini dibangun pada abad ke-15 hingga ke-16 Masehi. Jarak tempuh menuju masjid dari Kota Kudus bisa ditempuh dengan berkendara sekitar 25 kilometer.
Keunikan dari Masjid Sunan Muria adalah bentuk mihrab yang terletak di tengah masjid dan menjorok ke dalam, dengan konon bentuk ini memiliki makna tertentu. Selain itu, meskipun sebuah bangunan peninggalan Sunan Muria, masjid ini terkesan sederhana, sebagian besar bangunannya terdiri dari batu bata dan kayu.
Pemugaran Masjid Sunan Muria
Meskipun sudah sejumlah kali mengalami pemugaran, hanya beberapa bagian saja yang masih mempertahankan peninggalan dari Sunan Muria, seperti pondasi masjid, umpak batu dan tiang atau pilar penyangga. Meski begitu, suasana sakral dan ketenangan masih membayang di masjid ini. Masjid Sunan Muria bisa menjadi tempat pelajaran bagi wisatawan yang ingin mengetahui tentang sejarah dan perjuangan pendakwah Islam di Indonesia.
Wisatawan yang hendak berkunjung ke Masjid Sunan Muria harus melewati jalan setapak yang menanjak, berbatu serta memiliki kondisi yang berbeda-beda, tergantung waktu keberangkatannya. Jika ingin beribadah di Masjid Sunan Muria, wisatawan bisa mendatanginya pada saat shalat Jumat, saat itu Masjid Sunan Muria akan dipadati oleh jamaah shalat dari berbagai daerah.
Pengalaman Pribadi di Masjid Sunan Muria
Saya pernah mengunjungi Masjid Sunan Muria dengan teman-teman saat musim panas. Saat menyusuri jalur pendakian, kita dijejali oleh pemandangan alam yang masih asri dengan udara yang sejuk dan menyegarkan.
Sampai di puncak gunung, kita disambut oleh bangunan Masjid Sunan Muria yang kokoh dengan bentuk mihrabnya yang menyita perhatian. Tak lupa, kita terkagum-kagum dengan pandangan dari puncak gunung yang sangat mempesona. Kegiatan tersebut menjadi sebuah pengalaman yang sangat berkesan dan tak terlupakan.
Meskipun tidak pernah bertemu dengannya secara langsung, kami sering kali mendengar cerita tentang Sunan Muria dari orang tua dan tokoh-tokoh Islam di lingkungan sekitar. Kisah tentang penyampaian dakwahnya yang unik melalui seni dan keterampilan praktis membuatnya layak menjadi panutan dalam kehidupan.
Cerita tentang Sunan Muria ini juga menjadi referensi dalam memahami cara menyebarkan agama dalam konteks masyarakat lokal dan metode efektif melalui seni dan budaya yang menjadi ciri khas daerah Jawa Tengah.
Sunan Muria, sebagai salah satu dari sembilan Wali Songo, telah memberikan kontribusi besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Salah satu jejaknya terdapat di Kawasan Gunung Muria, yang terletak sekitar 18 kilometer dari Kota Kudus, Jawa Tengah.
Sunan Muria dikenal akan kehebatannya dalam memahami keinginan dan cara hidup masyarakat Hindu-Buddha sebelumnya. Karena hal tersebut, dia dianggap mampu menyebarluaskan agama Islam secara baik dan mudah dipahami oleh masyarakat setempat.
Kesimpulan
Melalui artikel ini, Kamu telah mengetahui betapa pentingnya jejak peradaban keagamaan di Indonesia khususnya peradaban dan penyebaran agama Islam oleh Wali Songo, termasuk salah satunya Sunan Muria. Peran Sunan Muria dalam mengadaptasi dan mengkombinasikan agama Islam dengan berbagai budaya di Indonesia, sangat penting untuk kita pelajari sebagai warga negara di Indonesia yang memiliki keragaman budaya yang tinggi.
Kamu juga telah mengetahui bagaimana Sunan Muria memberikan kontribusi besar dalam melestarikan lingkungan dan mengubah beberapa tradisi yang ada di Jawa, serta cara beliau menyebarkan ajaran Islam melalui seni gamelan dan wayang. Melalui Masjid Sunan Muria, Kamu dapat melihat kebesaran sejarah dan warisan peninggalan Sunan Muria yang masih dapat ditemukan hingga saat ini.
Sejarah hidup Sunan Muria dan perkembangan dakwahnya menjadi inspirasi bagi masyarakat dalam upaya merangkul kearifan lokal. Terdapat banyak metode unik dalam penyebaran Islam yang dapat menjadi inspirasi bagi para da’i dalam menyampaikan pesan kebaikan yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat setempat.
“Wisdom is the key to knowledge and self-discovery. Where there is wisdom, there is light to open our hearts and minds to a higher purpose and meaning.” – Raden Umar Said (Sunan Muria)
Quotes
“Sunan Muria’s ability to understand the desires and way of life of the previous Hindu-Buddhist community has enabled him to spread the Islamic religion well and be easily understood by the local community.” – Bambang Budi Utomo
“Sunan Muria is known as one of the Javanese ulama who emphasizes the importance of balance between the interests of religion and the interests of society.” – Nurhadi
FAQ
Q: Apa itu Wali Songo?
A: Wali Songo adalah sembilan orang sufi yang mempropagandakan agama Islam di Indonesia pada abad ke-15 dan ke-16. Mereka dikenal sebagai tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia.
Q: Di mana Sunan Muria aktif dalam menyebarkan Islam?
A: Sunan Muria aktif di Jawa Tengah, terutama di Gunung Muria yang terletak sekitar 18 kilometer dari Kota Kudus.
Q: Apa yang membuat Sunan Muria terkenal di kalangan masyarakat?
A: Sunan Muria terkenal karena metode ceramahnya yang unik melalui seni dan budaya, serta pengajarannya dalam keterampilan praktis seperti pertanian dan perikanan. Ia juga dikenal sebagai mediator dalam konflik di Kerajaan Demak.
Q: Di mana makam Sunan Muria berada?
A: Makam Sunan Muria berada di desa Colo, Kecamatan Gawe, Kudus, Jawa Tengah.