Setiap wilayah negara pasti memiliki sejarah asal-usul sebuah bangsa, hidup dan bertahan termasuk Indonesia. Sejarah di negeri ini dipenuhi dari beragam suku yang berasal dari kerajaan Hindu Budha di Indonesia. Beberapa kerajaan di nusantara pada waktu itu mampu menguasai hampir seluruh daratan Asia Tenggara, berikut di antaranya yang berpengaruh besar.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha terbesar dan memiliki wilayah kekuasan yang luas di zamannya. Berasal dari kata Siwichai, dalam bahasa Thai yang berarti kemaharajaan bahari, sehingga daerah kekuasaannya membentang di sepanjang jalur perdagangan laut atau bahari.
1. Letak Kerajaan Sriwijaya
Kerajan Sriwijaya diduga berlokasi di Palembang, karena hal tersebut sesuai dengan hasil temuan para sejarawan. Temuan berupa prasasti kedukan Bukit, yang memiliki tarikh pada tahun 683 Masehi atau 605 Saka tersebut ditemukan di sekitar tepi Sungai Musi, Palembang.
2. Masa Pemerintahan dan Raja-Raja yang Memerintah
- Raja Dapunta Hyang atau disebut Sri Jayanasa memerintah sejak tahun 671 hingga 685 dan menaklukkan sebagian besar wilayah Asia Tenggara.
- Rudra Wikrama seorang utusan yang bertugas pergi ke Tiongkok menjabat pada 728 hingga 742 Masehi.
- Sri Indrawarman juga seorang utusan untuk ke Tiongkok pada tahun 702-716, dan 724 M.
- Sri Maharaja menjabat pada 775 Masehi, menaklukkan Kamboja dan Thailand.
- Dharanindra yang lebih dikenal Rakai Panangkaran menaklukan Jawa dan memimpin di tahun 778.
- Samaragrawira menaklukan Jawa serta menjabat di tahun 782 M.
- Rakai Garung yang dikenal sebagai Samaratungga memerintah pada 792 M dan menaklukkan Jawa.
- Balaputradewa memerintah pada masa 856 hingga 860 Masehi, namun mengalami kekalahan di Jawa.
- Sri Udayaditya Warmadewa seorang utusan untuk ke Tiongkok pada 960 dan 962.
- Sangrama Vijayottunggawarman memerintah pada tahun 1025 ketika Sriwijaya diserang Rajendra Chola I.
- Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa berkuasa pada 1183 merupakan kepemimpinan Sriwijaya terakhir.
3. Masa Keemasan
Kejayaan Sriwijaya berada di puncaknya ketika dipimpin oleh Dinasti Syailendra terutama Raja Samaratungga. Wilayah kekuasaannya mencakup hampir setengah dari Asia Tenggara, Pulau Jawa dan Sumatera. Kekuasaan Sriwijaya di bidang kemaritiman semakin menguat di era Sri Cudamani Warmadewa, mandalanya di seluruh wilayah Palembang mampu menghalau lawan.
4. Masa Keruntuhan
Masa keruntuhan terjadi pada tahun 1017 hingga 1025, saat Sriwijaya mengalami sebuah penyerangan dari Rajendra Cola di Dinasti Chola yang berasal dari India Selatan. Kekalahan tersebut juga didukung oleh kemunduran Balaputradewa serta adanya pengendapan lumpur Sungai Musi. Hal tersebut membuat kapal dagang yang menepi di Palembang semakin berkurang.
5. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Prasasti Karang Birahi
Ditemukan di tahun 1904 oleh Kontrolir L. M Berkhout di daerah tepi Batang Merangin, Jambi. Isi pesan di dalamnya berupa kutukan, ditujukan kepada semua orang yang tidak patuh dan tunduk kepada Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Palas Pasemah
Ditemukan di Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan, diperkirakan prasasti ini ada sejak abad ke 7. Isinya hampir sama dengan prasasti Karang Birahi, yakni kutukan bagi orang yang tidak mengakui dan tunduk atas kuasa Sriwijaya.
Prasasti Ligor
Ditemukan di Thailand Selatan dengan dua sisi yakni sisi A dan B. Isinya menerangkan kisah kegagahan para raja Sriwijaya pada sisi A. Sedangkan, pada sisi B membahas tentang pemberian sebuah gelar Visnu Sarwarimadawimathana untuk Sri Maharaja dari silsilah keluarga Sailendravamsa.
Kerajaan Singosari
Kerajaan ini berasal dari pecahan Kerajaan Kadiri saat dipimpin oleh Kertajaya. Namun, Raja Kertajaya berhasil dibunuh oleh pasukan baru dipimpin Ken Arok, yang sekaligus menikahi istri raja yakni Ken Dedes. Ken Arok kemudian mendirikan kerajaan baru yang dikenal sebagai Singosari atau Kerajaan Tumapel pertama dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi
1. Letak Kerajaan Singosari
Sesuai dengan namanya, tempat dari bekas tragedi bersejarah Kerajaan Tumapel atau Singhasari dinamakan Singosari. Tepatnya berada di Singosari, kini dikenal sebagai salah satu kecamatan di Kota Malang, Jawa Timur.
2. Masa Pemerintahan dan Raja-Raja yang Memerintah
- Ken Arok menjadi raja pertama pada 1222 Masehi, meski sebelumnya masih menjadi akuwu di Kerajaan Tumapel.
- Anusapati adalah raja kedua yang memerintah pada masa 1227 hingga 1248 Masehi.
- Tohjaya merupakan penerus tahta Ken Arok yang berhasil membunuh Anusapati, memimpin dalam waktu yang sangat singkat. Karena pada waktu itu terjadi pemberontakan Ranggawuni.
- Ranggawuni berhasil merebut tahta dari Tohjaya dan memerintah sejak tahun 1248 hingga 1258 Masehi, dengan masa kepemimpinan yang aman dan tenteram.
- Kertanegara merupakan raja terakhir yang sangat berjaya di masa kekuasaan Kerajaan Singhasari.
3. Masa Keemasan
Masa kejayaan Singhasari ketika dipimpin Kertanegara, karena wawasan dan kekuasaanya melebihi luar Pulau Jawa. Pasukannya pun mampu menghadapi serangan bangsa Mongol dan menundukkan Kerajaan Dharmasraya. Kekuasaan Singhasari akhirnya mencapai puncaknya dengan menaungi beberapa wilayah, yakni Melayu, Gurun, Bali, Pahang dan Bakulapura.
4. Masa Keruntuhan
Kejayaan yang dikembangkan ke luar Pulau Jawa membuat bagian sisi dalam Kerajaan Singhasari keropos. Pemberontakan Jayakatwang yang merupakan Bupati Gelanggelang berhasil membunuh Kertanegara sehingga Singhasari runtuh. Jayakatwang akhirnya menjabat sebagai raja dan membangun kembali Ibu kota Kerajaan Kadiri.
5. Peninggalan Kerajaan Singosari
Candi Singhasari
Terletak di lembah antara Gunung Arjuna dan Tengger, Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang. Candi ini merupakan kediaman Raja Kertanegara pada masa terakhir berdasarkan isi Kitab Negarakertagama dan Prasasti Gadjah Mada 1351 M.
Candi Jago
Berupa candi dengan arsitektur teras punden berundak, namun hanya bagiannya hanya tersisa setengah. Di dalamnya terdapat relief Pancatantra dan Kunjarakarna mengisahkan gambaran masa kejayaan Singasari.
Arca Dvarapala
Merupakan arca yang berbentuk raksasa, sebagai sebuah penanda bagi tamu semua orang yang masuk ke Kotaraja. Namun hingga saat ini, para peneliti belum bisa memastikan keberadaan Kotaraja tersebut.
Kerajaan Majapahit
Dikenal sebagai kerajaan paling hegemonik senusantara yang pusatnya berada di Jawa, karena kekuasaannya yang sangat luas di seluruh nusantara. Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir di Nusantara. Kekuasannya membentang dari Pulau Jawa, Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan wilayah bagian timur namun masih terus diperdebatkan.
1. Letak Kerajaan Majapahit
Terdapat dugaan kuat yang menyatakan bahwa Kerajaan Majapahit terletak di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Tetapi seluruh peninggalannya tersebar di berbagai daerah, terutama Kediri, Jombang, dan Mojokerto.
2. Masa Pemerintahan dan Raja-Raja yang Memerintah
- Raden Wijaya dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana memerintah tahun 1293 hingga 1309.
- Kalagamet bergelar Sri Jayanagara memerintah pada tahun 1309 hingga 1328.
- Sri Gitarja yang lebih dikenal Tribhuwana Wijayatunggadewi memimpin sejak 13 28 hingga 1350.
- Hayam Wuruk dikenal sebagai Sri Rajasanagara menjabat pada 1350 hingga 1389.
- Wikramawardhana menjabat di tahun 1389 hingga 1429.
- Suhita yang bergelar Dyah Ayu Kencana Wungu memimpin dari tahun 1429 hingga 1447.
- Kertawijaya dengan gelar Brawijaya I dari tahun 1447 hingga 1451.
- Rajasawardhana bergelar Brawijaya II memerintah sejak 1451 hingga 1453.
- Girishawardhana atau Purwawisesa yang bergelar Brawijaya III memerintah pada 1456 hingga 1466.
- Suraprabhawa atau Bhre Pandansalas yang memiliki gelar Raja Brawijaya IV memimpin sejak 1466 hingga 1468.
- Brawijaya V atau Bhre Kertabumi memerintah pada 1468 hingga 1478.
- Brawijaya VI yang nama aslinya Girindrawardhana memimpin pada tahun 1478 hingga 1498.
- Patih Udara memerintah sejak tahun 1498 hingga 1518.
3. Masa Keemasan
Kekuasaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya saat dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk, dengan didampingi Maha Patih terkemuka yakni Gadjah Mada. Daerah kekuasaannya mencapai seluruh Asia Tenggara, yakni sebagian Kepulauan Philipina, Malaysia, Singapura atau Tumasik, Semenanjung Malaya, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, hingga ke bagian timur Papua.
4. Masa Keruntuhan
Runtuhnya kerajaan Majapahit sebagian besar disebabkan oleh konflik internal keluarga kerajaan sendiri. Terjadi perebutan tahta di beberapa wilayah kekuasaan Majapahit, sehingga menyebabkan sebagian wilayah memilih untuk memerdekakan diri. Hal itu juga bertepatan dengan munculnya ekspedisi laut dari Dinasti Ming, dipimpin oleh jenderal muslim China, Cheng Ho.
5. Peninggalan Kerajaan Majapahit
Candi Brahu
Bangunan ini telah dijaga dan dirawat di situs arkeolog Trowulan, Kota Mojokerto. Fungsinya sebagai tempat untuk membakar jasad para raja. Candi Brahu dibangun oleh Mpu Sendok yang sangat terkenal pada saat itu.
Candi Tikus
Disebut sebagai Candi Tikus, karena saat ditemukan lokasinya banyak dihuni oleh sarang tikus liar. Bangunannya cukup unik, karena berukuran kecil dan terdapat kolam di tengahnya. Lokasi Candi Tikus berada di Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Candi Jabung
Lokasi candi Jabung berada di Desa Jabung, Probolinggo, Paiton, Jawa Timur dan seringkali dikunjungi oleh Hayam Wuruk terakhir pada 1359. Fungsinya sebagai kuil tempat pemujaan, yang terbuat dari batu merah kuat.
Salah satu peninggalan kerajaan Hindu Budha dari sisi budaya adalah wayang kulit yang mengambil epos Mahabharata dan Ramayana. Yang kemudian diadaptasi dengan budaya lokal oleh Sunan Kalijaga untuk berdakwah.
Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran atau dikenal dengan sebuat Pakuan Pajajaran, dalam bahasa Sunda merupakan kerajaan Hindu Buddha di daerah Bogor, Jawa Barat. Perkiraan pendirian kerajaan Pajajaran yakni pada tahun 923 oleh Sri Jayabhupati sesuai dengan catatan sejarah. Peresmian berdirinya Pakuan Pajajaran, dimulai ketika Jayadewata diberi gelar Sri Baduga Maharaja.
1. Letak Kerajaan Pajajaran
Lokasi Kerajaan Pajajaran tepatnya berada di Tatar Pasundan, yakni wilayah bagian barat Pulau Jawa yang saat ini dikenal sebagai Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pusat pendirian tersebut hanya berada di satu titik, karena masa kejayaan Pajajaran hanya seumur jagung.
2. Masa Pemerintahan dan Raja-Raja yang Memerintah
- Sri Baduga Maharaja memimpin pada tahun 1482 dan memiliki tahta di Pakuan atau Bogor.
- Surawisesa memerintah pada 1521 hingga 1535.
- Ratu Dewata berkuasa pada tahun 1535 hingga 1543.
- Ratu Sakti memerintah kerajaan sejak 1543 hingga 1551.
- Ratu Nilakendra memerintah di tahun 1551 hingga 1567, namun meninggalkan daerah Pakuan akibat serangan Sultan Hasanudin dan anaknya yakni Maulana Yusuf.
- Raga Mulya memimpin pada 1567 hingga 1579 mulai dari wilayah Pandeglang, yang juga dikenal dengan sebutan Prabu Surya Kencana.
3. Masa Keemasan
Kejayaan pemerintahan Pajajaran berkaitan erat dengan masa kepemimpinan Sri Baduga Maharaja, karena pembangunan fisik yang ditujukan untuk kemudahan hidup rakyatnya. Popularitas raja tersebut hingga kini masih dikenal dan namanya dielu-elukan oleh masyarakat Sunda. Bidang lainnya yang mengalami kemajuan pesat yakni administrasi, keagamaan, militer.
4. Masa Keruntuhan
Kehancuran Kerajaan Pajajaran diakibatkan oleh adanya serangan dari Kesultanan Banten pada tahun 1579. Kerajaan tersebut semakin berakhir, dengan perampasan batu penobatan raja dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan yang direbut oleh Maulana Yusuf. Pemerintahan berhasil direbut Maulana Yusuf yang mengklaim menjadi penerus sah dari kekuasaan Sunda.
5. Peninggalan Kerajaan Pajajaran
Prasasti Huludayeuh
Ditemukan di daerah pertengahan lahan sawah, tepatnya di Dusun Huludayeuh, Desa Cikalahang, Kecamatan Sumber atau Dukupuntang, Cirebon. Keberadaan prasasti baru diketahui oleh para arkeolog pada tahun 1991. Isinya berupa 11 tulisan dalam bahasa Sunda kuno, mengisahkan tentang upaya Sri Maharaja Ratu untuk memakmurkan rakyat.
Prasasti Cikapundung
Ditemukan di area tepi Sungai Cikapundung, Kota Bandung pada Oktober 2010 dengan isi yang menjelaskan tentang filosofi kehidupan manusia. Terdapat beberapa gambar di dalamnya yakni wajah, telapak tangan, dan telapak kaki, serta tulisan singkat. Prasasti ini diduga telah ada sejak abad ke 14 Masehi pada masa Sunda kuno Kerajaan Pajajaran.
Prasasti Perjanjian Sunda Portugis
Prasasti ini memiliki bentuk mirip dengan tugu batu yang ditemukan di Jakarta pada tahun 1918. Isinya berupa perjanjian antara Kerajaan Sunda dan Portugis, yang ditandatangi oleh utusan dagang Portugis yakni Enriwue Leme serta utusan sang raja yakni Putera Mahkota Sang Hyang Surawisesa. Mereka juga melakukan penyerahan barang kepada Raja Sunda.
Kerajaan Kadiri
Kerajaan Kadiri yang wilayahnya kini lebih dikenal sebagai Kediri, memiliki nama lain Panjalu dan berpusat pada Kota Daha. Awal kemunculan kerajaan ini memang tidak banyak diketahui oleh para peneliti, karena catatan sejarah hanya berisi peperangan saudara. Diperkirakan bahwa kerajaan terbagi menjadi dua bagian yakni Janggala dan Panjalu setelah masa peperangan.
1. Letak Kerajaan Kadiri
Kerajaan Kadiri memiliki pusat kota bernama Daha yang sekarang lebih dikenal sebagai Kota Kediri, Jawa Timur. Beberapa wilayah kekuasaannya mencakup hingga daerah Singhasari sebelum terjadi pemberontakan.
2. Masa Pemerintahan dan Raja-Raja yang Memerintah
Masa pemerintahan Negeri Daha lebih banyak dihabiskan menjadi sebuah negeri bawahan Majapahit yang paling terkenal. Pemimpinnya bergelar Bhre Daha juga harus tunduk pada Majapahit.
- Jayanagara memimpin tahun 1295-1309 didampingi Patih Lembu Sora.
- Rajadewi didampingi Patih Arya Tilam, kemudian diganti oleh Patih Gajah Mada selama 1309-1375.
- Indudewi memerintah sejak 1375 hingga 1415.
- Jayeswari yang diperkirakan memerintah pada tahun 1429 hingga 1464, kemudian digantikan Waringin Pitu.
- Manggalawardhani memimpin pada 1464 hingga 1474.
3. Masa Keemasan
Keberhasilan Kadiri yakni menguasai beberapa kerajaan yakni Kerajaan Singhasari dan Kerajaan Janggala, keduanya merupakan hasil dari pecahan Kadiri. Kejayaan Panjalu berada di puncaknya ketika dipimpin oleh Sri Jawabhaya, yang mampu menguasai wilayah tanah Jawa dan beberapa pulau lain di nusantara. Selain itu juga menghalau pengaruh Kerajaan Sriwijaya yang kuat.
4. Masa Keruntuhan
Keruntuhan Panjalu dimulai ketika masa kepemimpinan Raja Kertajaya akibat perselisihannya dengan kaum brahmana. Namun, Kertajaya meminta perlindungan Ken Arok yang saat itu menjabat sebagai akuwu dan justru ingin memberontak pada Kadiri demi memerdekakan Tumapel.
Meski pernah bangkit kembali, tetapi tidak bertahan lama karena saat itu bertepatan dengan kedatangan pasukan Mongol. Perlawanan pasukan tersebut dilakukan secara tergabung dengan pasukan menantu Raja Kertanegara.
5. Peninggalan Kerajaan Kediri
Candi Penataran
Bangunan ini merupakan salah satu yang termegah di Jawa Timur, letaknya berada di lereng bagian barat daya Gunung Kelud berbatasan dengan Blitar. Candi Penataran adalah sebuah peninggalan pada masa kepemimpinan Raja Serengga.
Candi Tondowongso
Pembangunan candi Tondowongso diperkirakan pada abad ke 9 M, namun tidak terawat dan terjaga dengan baik. Letaknya berada di Desa Gawam, Kecamatan Gurah yang ditemukan pada tahun 2007.
Candi Mirigambar
Bentuk bangunannya masih dapat terlihat jelas namun tampak tidak terawat, letaknya berada di Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung. Bangunan candi diperkirakan ada sejak 1214 dan prosesnya selesai pada tahun 1310 Saka.
Kerajaan Kalingga
Kerajaan ini juga dikenal dengan nama Kerajaan Halong, yang berdasarkan bahasa setempat yakni dari daerah Pekalongan, Jawa Tengah. Corak Kerajaan Kalingga adalah Hindu Buddha yang muncul untuk pertama kali di bagian pesisir Jawa Tengah utara. Kemunculan kerajaan ini bersamaan dengan masa kepemimpinan pada Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Kutai.
1. Letak Kerajaan Kalingga
Pusat kekuasaan Kerajaan Kalingga berada di Pekalongan Jawa Tengah, namun beberapa lokasi pelabuhan kuno yang sangat terkenal berada di beberapa titik. Lokasi tersebut antara lain yakni Kota Tegal, Pemalang, Rembang, Pati, Brebes, Magelang, Klaten, Blora, Karanganyar, Gunungkidul, Purbalingga dan Purworejo.
2. Masa Pemerintahan dan Raja-Raja yang Memerintah
- Prabu Wasumurti pada 594-605 Masehi.
- Prabu Wasudewa 632-652 Masehi.
- Prabu Wasukawi yang masih dipertanyakan hingga kini, masa lama jabatan dimulai dari tahun 652.
- Prabu Kirathasingha diperkirakan memerintah pada 632-648 Masehi.
- Prabu Kartikeyasingha memiliki gelar Sang Mokteng Mahamerwacala pada 648-674 Masehi.
- Ratu Shima atau Sri Maharani Mahisasuramardini Satyaputikeswara tahun 674-695 M.
3. Masa Keemasan
Kerajaan Holing atau Kalingga mengalami masa kejayaannya ketika dipimpin oleh Ratu Shima karena kedisiplinannya. Kerajaan lain pun merasa kagum, segan dan hormat selama masa hidup ratu. Agama Buddha pada saat itu juga berlangsung secara harmonis dan rukun, sementara perkembangan pertanian akibat sistem Tanibhala dan budaya maju dengan pesat.
4. Masa Keruntuhan
Kemunduran masa kepemimpinan Holing saat adanya persaingan dagang dengan kerajaan Sriwijaya, yang pada saat itu menguasai seluruh pesisir utara Jawa. Saat itu pula Sriwijaya berhasil memukul mundur kekuasaan tiga kerajaan sekaligus, yakni Holing, Melayu, dan Tarumanegara.
5. Peninggalan Kerajaan Kalingga
Prasasti Sojomerto
Merupakan batu bertulis yang ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah. Isinya menggunakan aksara Kari dengan bahasa Melayu kuno diperkirakan ditulis pada abad 7 Masehi.
Prasasti Tukmas
Batu bertulis ini ditemukan di lereng Gunung Merapi bagian barat, tepatnya di Dakawu, Lebak, Grabak, Magelang, Jawa Tengah. Isinya dituliskan dengan huruf Pallawa dan Bahasa Sanskerta, dengan simbol yang menggambarkan hubungan manusia dengan para dewa.
Kerajaan Mataram Kuno
Inilah kerajaan Hindu Buddha terbesar di nusantara, sebelum masa Majapahit memimpin. Corak peninggalannya menunjukkan kejayaan Mataram dari dua dinasti yakni Dinasti Sanjaya dan Syailendra. Saat kepemimpinan Dinasti Syailendra mendominasi, kerajaan melakukan perkawinan politik dengan Sriwijaya dengan peninggalan termegah yakni Candi Borobudur.
1. Letak Kerajaan Mataram Kuno
Pusat kekuasaan Mataram Kuno berada di Jawa Tengah wilayah selatan, salah satunya yakni Magelang. Namun, semakin meluas ketika kerajaan menjalin hubungan dengan Sriwijaya yang cukup kuat pada saat itu.
2. Masa Pemerintahan dan Raja-Raja yang Memerintah
- Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya pemimpin awal sejak 717-746 M.
- Sri Maharaja Rakai Panangkaran 746-784 M.
- Sri Maharaja Rakai Panunggalan atau Dharanindra 784-803 M.
- Sri Maharaja Rakai Warak atau Samaragrawira 803-827 M.
- Sri Maharaja Rakai Garung atau Samaratungga 828-847 M.
- Sri Maharaja Rakai Pikatan 847-855 M.
- Sri Maharaja Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala 855-885 M.
- Sri Maharaja Rakai Watuhumalang 894-898 M.
- Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung 898-913 M.
- Sri Maharaja Mpu Daksa.
- Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodong.
- Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa.
- Sri Maharaja Mpu Sindok di Jawa Timur.
- Sri Maharaja Lokapala.
- Sri Maharaja Makuthawangsawardhana.
- Sri Maharaja Dharmawangsa Teguh.
3. Masa Keemasan
Kejayaan Mataram Kuno dimulai ketika masa pemerintahan Raja Balitung, karena Mataram berhasil menguasai daerah Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Jalur perdagangan Mataram juga semakin ramai oleh para pendatang, serta perluasan dagang di jalur wilayah Jawa Timur sepanjang Sungai Brantas dan Bengawan Solo.
4. Masa Keruntuhan
Keruntuhan berawal ketika Rakai Kayuwangi memimpin dengan beragam permasalahan yang rumit berasal dari dalam keluarga di istana. Perpecahan pun muncul dan diperparah dengan adanya perang saudara, bersamaan dengan meletusnya Gunung Merapi. Lelehan lahar dari letusan gunung mampu meluluhlantakkan candi-candi megah yang telah dibangunnya.
5. Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Candi Borobudur
Merupakan peninggalan bercorak Buddha dari Dinasti Syailendra, yang saat itu dipimpin oleh Raja Samaratungga bersama para Raja dari Sriwijaya. Kini telah diakui sebagai situs warisan dunia, karena bangunannya yang megah dan penuh dengan sejarah. Bangunan ini menjadi saksi kejayaan Sriwijaya pada saat itu di Pulau Jawa.
Candi Mendut
Bangunan ini memiliki corak agama Buddha, dibangun pada masa kepemimpinan Raja Idna dari Dinasti Syailendra. Letaknya berada di Magelang, Jawa Tengah tidak jauh dari lokasi Candi Borobudur.
Candi Bima
Terletak di Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, dengan bentuk bangunan yang unik mirip seperti gaya arsitektur candi di India. Bentuknya seperti mangkuk yang terbalik dilengkapi atap dan relief kepala bernama kudu.
Kerajaan Kutai
Perkiraan sebuah kerajaan Hindu tertua di nusantara, berdasarkan penemuan adanya Kerajaan Kutai yang dibangun pada awal abad ke 4. Kerajaan Kutai berada di wilayah Kalimantan dengan ditemukannya bukti berupa prasasti. Nama tersebut diambil berdasarkan temuan para peneliti yang menyatakan dalam sebuah bukti tertulis tentang keberadaan Kerajaan Kutai.
1. Letak Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai diperkirakan berada tepat di Muara Kaman, Kalimantan Timur, daerah hulu sungai Mahakam. Daerah kekuasaan Kerajaan Kutai di beberapa wilayah, yakni Malaysia dan Brunei namun dipastikan bahwa berpusat di daerah Kalimantan.
2. Masa Pemerintahan dan Raja-Raja yang Memerintah
- Maharaja Kudungga dengan gelar Anumerta Dewawarman sebagai pendiri kerajaan.
- Maharaja Asmawarman.
- Maharaja Mulawarman.
- Maharaja Indera Mulia memimpin pada awal abad ke 14.
- Maharaja Darmasatia menjadi penutup dinasti pada abad 17 M.
3. Masa Keemasan
Kemajuan Kutai dari berbagai bidang, yakni agama, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Hal tersebut terjadi pada masa kepemimpinan Mulawarman yang menyebabkan terjadinya kedamaian di bidang agama, kejayaan ekonomi. Hal itu ditandai dari pemberian 20 ribu ekor sapi kepada para brahmana.
4. Masa Keruntuhan
Kehancuran Kutai diperkirakan pada saat Maharaja Dharma Setia tewas di medan perang, saat melawan Aji Pengeran Sinum Panji dari Kerajaan Kutai Kartanegara bercorak Islam. Kemenangan berhasil dicapai oleh Kerajaan Kutai Kartanegara dan menjadi masa berakhirnya Kutai Martadipura.
5. Peninggalan Kerajaan Kutai
Prasasti Yupa
Ini merupakan bukti kuat yang terdiri dari tujuh buah prasasti yang mengisahkan tentang keberadaan kerajaan Kutai. Isinya lebih banyak membahas tentang masa kejayaan Maharaja Mulawarman.
Ketopong Sultan
Ketopong sultan merupakan sebuah mahkota yang terbuat dari emas yang ditujukan kepada baginda Sultan Kerajaan Kutai. Penemuannya berada di Muara Kaman dengan bobot 1.98, dibuat oleh Kutai Kartanagara yang bercorak Islam.
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan ini memiliki kekuasaan yang besar di tanah bagian barat Pulau Jawa, di awal abad ke 4 Masehi hingga abad ke 7 Masehi. Tarumanegara juga termasuk sebagai kerajaan tertua di nusantara beraliran Hindu Wisnu.
1. Letak Kerajaan Tarumanegara
Berdasarkan penemuan artefak, menunjukkan bahwa kerajaan Tarumanegara berasal dari daerah sekitar sungai yang ada di Jawa Barat yakni Sungai Citarum. Namun, diperkirakan bahwa keberadaan pusat ibu kota ada di Sundapura yakni di daerah Tugu dan Bekasi.
2. Masa Pemerintahan dan Raja-Raja yang Memerintah
- Jayasingawarman memimpin pada 358-382 M.
- Dharmayawarman pada 382-395 M.
- Purnawarman pada 395-434 M.
- Wisnuwarman memerintah pada 434-455 M.
- Indrawarman berkuasa pada 455-515 M.
- Candrawarman pada 515-535 M.
- Suryawarman memimpin pada 535-561 M.
- Kertawarman berkuasa di tahun 561-628 M.
- Sudhawarman pada tahun 628-639 M.
- Hariwangsawarman memimpin pada tahun 639-640.
- Nagajayawarman sejak 640-666.
- Linggawarman sebagai pemimpin terakhir di tahun 666-669.
3. Masa Keemasan
Kepemimpinan Purnawarman membuat Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya, karena mampu membangun Sungai Gomati sepanjang 11 km hanya dalam 21 hari. Irigasi sungai merupakan hasil dari kemajuan teknik pertanian yang mampu dicapai saat itu. Serta pemberian 1000 ekor sapi ditujukan kepada kaum Brahmana.
4. Masa Keruntuhan
Sebab keruntuhan Tarumanegara belum dapat dipastikan, karena banyaknya pembahasan tentang kejayaan Purnawarman pada bukti sejarah. Namun, berakhirnya kerajaan ditandai dengan dua putri Linggawarman, yang nantinya dijadikan istri oleh raja Kerajaan Sunda dan Dapuntahyang Sri Jayanasa sebagai pendiri Sriwijaya.
5. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Prasasti Kebon Kopi
Ditemukan di area Muara Hilir, Cibungbulang, Bogor dengan simbol berupa telapak kaki gajah. Simbol tersebut dipercaya sebagai kaki gajah Airawata yang menjadi tunggangan Wisnu.
Prasasti Ciaruteun
Disebut juga Prasasti Ciampea yang ditemukan di area hilir Sungai Ciaruteun. Isinya ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta berupa telapak kaki Raja Purnawarman. Hal itu sebagai simbol kekuasaan dan penghormatan kepada para dewa.
Prasasti Jambu
Ditemukan di Bukit Koleangkak, sehingga bisa juga disebut dengan Koleangkak. Isinya berupa gambar telapak kaki, namun fungsinya digunakan sebagai sarana memuja Raja Purnawarman.
Kisah sejarah singkat tentang kerajaan Hindu Buddha di Nusantara pada zaman dahulu mengawali proses berkembangnya dinamika kehidupan masyarakat di Indonesia hingga kini. Sebagai seorang warga yang lahir di tanah air, tentu harus mengingat sejarah lahirnya negara dan bangsa