Contoh Cerpen Cinta dan Persahabatan, Cocok untuk Kamu yang Masih Jomblo

Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan cerpen ? Mungkin ketika kita duduk di bangku sekolah kita sering mendengar kata cerpen. Cerpen atau biasa yang disebut dengan cerita pendek ini merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif.Sesuai dengan namanya, cerpen cenderung lebih singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan dengan karya-karya fiksi yang lainnya.

Kita akan mengulas tentang cerpen lebih detail lagi. Mulai dari pengertian cerpen, ciri-ciri cerpen, dan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen. Untuk struktur cerpen karena karena pembahasannya cukup panjang tidak kita bahas di sini. Selain itu kita akan memberikan beberapa referensi kumpulan contoh cerpen. Berikut ini penjelasan lebih lengkapnya.

Pengertian Cerpen

Contoh Cerpen
Contoh Cerpen Cinta / Contoh Cerpen Persahabatan

Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra yang menjelaskan suatu kisah atau cerita tentang manusia beserta seluk beluknya melalui tulisan pendek atau singkat. Pengertian cerpen yang lainnya adalah sebuah karangan fiktif yang berisi tentang kehidupan seseorang ataupun kehidupan yang akan diceritakan secara singkat yang berfokus pada seorang tokoh saja.

Cerita pendek biasanya memiliki kata yang jumlahnya kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman saja. Selain itu, cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya dalam satu situasi saja.

Ciri Ciri Cerpen

Contoh Cerpen Cinta
Contoh Cerpen Cinta / Contoh Cerpen Persahabatan

Ada beberapa ciri-ciri cerpen yang harus kamu ketahui. Kebanyakan orang mengira cerpen itu sama dengan novel, padahal dari segi jumlah kata aja sudah berbeda. Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkapnya.

  1. Cerpen memiliki jalan cerita yang lebih pendek dari novel.
  2. Cerpen mempunyai jumlah kata yang tidak lebih dari 10.000 kata.
  3. Biasanya cerpen menceritakan sebuah kisah yang berasal dari kehidupan sehari-hari.
  4. Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini dikarenakan dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja.
  5. Tokoh di dalam cerpen digambarkan mengalami sebuah masalah atau konflik sampai pada tahap penyelesaiannya.
  6. Penggunaan kata yang sederhana serta dapat dimengerti oleh para pembacanya.
  7. Kesan yang ditinggalkan dari cerpen sangat mendalam sehingga pembaca bisa ikut merasakan apa yang terjadi dalam cerita tersebut.
  8. Biasanya hanya menceritakan satu kejadian saja.
  9. Mempunyai alur cerita tunggal dan lurus.
  10. Penokohan dalam cerpen sangatlah sederhana, tidak mendalam serta sangat singkat

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen

Contoh Cerpen tentang Pendidikan
Contoh Cerpen Cinta / Contoh Cerpen Persahabatan

Cerpen atau cerita pendek mempunyai 2 unsur, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Berikut ini penjelasan lebih detailnya.

Unsur Intrinsik Cerpen

  1. Tema, sebuah gagasan pook yang mendasari jalannya suatu cerita dalam cerpen.
  2. Alur / Plot, jalan dari sebuah cerita dalam cerpen.
  3. Setting, berkaitan dengan tempat, waktu, dan suasana yang terjadi dalam sebuah cerpen.
  4. Tokoh, pelaku yang terlibat di dalam cerpen.
  5. Penokohan, pemberian sifat atau karakter kepada tokoh dalam cerita tersebut.
  6. Sudut Pandang, cara pandang pengarang dalam memandang suatu kejadian di dalam cerita.

Unsur Ekstrinsik Cerpen

  1. Latar Belakang Masyarakat, suatu pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat terhadap terbentuknya jalan cerita.
  2. Latar Belakang Pengarang, meliputi pemahaman pengarang terhadap sejarah hidupnya dan sejarah yang berhasil dikarang sebelumnya.

Contoh Cerpen Cinta Sejati

Cinta sejati. Apakah kalian percaya akan hal itu ? “Cinta Sejati” yang konon katanya dimiliki oleh setiap orang ? Cinta yang katanya sangat indah dan membuat orang yang merasakannya menjadi bahagia ? Mitos cinta sejati yang terus menerus melolong di hati ini.

Kupandangi bingkai putih yang berada di tepi tempat tidurku. Aku tersenyum ketika menatap benda yang ada di dalam bingkai tersebut.

Bukan sebuah lukisan atau foto. Hanya sebuah kertas yang lusuh. Kertas catatan PKN yang pernah aku robek dari buku miliknya 3 tahun yang lalu pada saat perpisahan SMP. Dia sama sekali tidak mengetahui bahwa aku telah merobek buku catatannya. Bahkan, mungkin dia tidak pernah mengenalku. Aku hanyalah satu dari ratusan dari penggemarnya yang ada di sekolah.

Dia bukanlah artis. Dia hanyalah seorang siwa yang tampan dan cerdas yang ada di sekolahku pada saat itu. Dia kaya dan pintar dalam bidang olahraga. Sifatnya yang ciek itu justru menjadi daya tarik sendiri untuk kaum wanita, termasuk aku. Tapi, bisa dibilang, aku tidak terlalu memperlihatkan diri bahwa aku sangat menyukainya. Akupun tidak pernah menyapa ataupun menegurnya jika berpapasan. Aku hanya menyukainya lewat diam.

Bahkan, robekan catatan PKN itu aku ambil secara diam-diam untuk kenanganku bersamanya pada saat di sekolah. Aku kembali tersenyum saat melihat robekan kertas tersebut. Orang bilang, apapun itu, jika memang bodoh sekalipun, maka dia akan kembali lagi dan lagi. Dan aku sangat percaya kalau suatu saat nanti kita akan bertemu.

Aku mengeluarkan kertas tersebut dari bingkainya. Kupeluk dengan mesra, ku ajak kertas tersebut tertawa dan tersenyum bareng.

Sangat gila, konyol, memang. Setelah puas dengan kegiatanku tersebut, aku kembali meletakkan kertas tersebut ke dalam bingkai di atas meja belajarku.

Dan …

Syuuuuttt …

Angin bertiup menerbangkan kertas tersebut keluar jendela dan terjatuh di perkarangan. Dengan cepat aku keluar rumah dan mengejar kertas tersebut. Itu merupakan satu-satunya benda yang dapat membuatku mengingatnya selalu.

Saat aku hampir mendapatkannya, angin kembali bertiup sangat kencang menerbangkan kertas tersebut. Aku sempat kesal. Akhirnya aku kejar kembali kertas tersebut.

Ketika aku kan mengambilnya, kertas tersebut keinjek oleh seseorang. Orang itu kemudian mengambil kertas tersebut. Akan tetapi aku masih tetap kesal saat tahu kertas itu diinjak oleh seseorang. Aku masih menatap jalanan berdebu dengan kesal dan sedikit marah. “Jadi, dari tadi kamu mengejar kertas ini ya ?” ucap orang tersebut. Suara bariton yang aku kenal, kemudian aku menengok dan menatap wajah dari pemiliki suara ini.

NYES

Diakan ? Dia kan pemiliki kertas yang aku robek itu ?A Arya. Cowok tampan, keren, dan pandai itu … Bagaimana dia bisa disini ?

“Ma … af. Aku waktu itu robek bukumu secara diam-diam.”

“Gpp kok Shafira. Beneran deh gpp. Karena aku juga sering foto kamu diam-diam waktu itu.” Akunya pada ku ? Dia .. tau namaku ?

“Foto ?! diam-diam ?”

“Lebih baik kita nostalgianya di taman aja yuk.” Ucapnya sambil menarik tanganku ke taman.

Aku sangat tidak percaya dengan apa yang aku lihat dan rasakan. Fotoku ternyata selama ini ada dalam dompet Arya ?

“Aku dulu duka banget sama kamu Shafira. Karena kamu adalah satu-satunya cewek yang tidak pernah menyapa aku waktu di sekolah. Kamu sangat cuek dan aku sangat menyukai itu.” Ucapnya sambil tersenyum.

“Dulu, aku berharap bisa kenal kamu lebih dalam dan bisa menjadi pacar kamu. Tapi apa daya, dekat dengan kamu aja aku udah gemetaran banget pada waktu itu. Apalagi bisa ngobrol sama kamu seperti sekarang ini. Dan aku tau kok kalau kamu yang ngerobek buku aku. Cuman aku pura-pura enggak tau aja. Aku senang banget kalau kamu waktu itu merobek kertas ini. Karena itu berarti, kamu juga suka sama aku kan ? Hayooo ngaku !” Ucap Arya sambil tersenyum malu.

“Jujur aku bingung mau ngomong apa..”

“Kamu percaya enggak dengan true love ?”

“True love ? emangnya ada apa ?” tanya aku.

“Mulanya aku sangat ragu, tapi malam ini aku sangat percaya kalau true love itu beneran ada. True love aku udah aku temuin dan sekarang ada di hadapan aku. Aku suka sama kamu Shafira.” Ucap Arya

“Will you be My True love Shafira ?” Ucap Arya

Apakah dia menyatakan perasaannya kepadaku ? Tanpa sadar aku mengatakan “Yes I Will.”

Percaya atau tidak, itulah faktanya. Cinta sejati akan datang dengan sendirinya. Sejauh apapun, cinta sejati akan mencari jalannya lagi dan lagi untuk kita temukan.

Contoh Cerpen Persahabatan di Sekolah

Nah itulah salah satu contoh cerpen persahabatan di sekolah yang sangat keren. Jika karya kamu ingin kami post di website ini, maka silahkan kirim melalui alamat email kami.

Contoh Cerpen Romantis Sedih

Kumpulan Contoh Cerpen Singkat Bahasa Indonesia


Contoh Cerpen Tentang Pendidikan

Contoh Cerpen Cinta dan Persahabatan

Judul          : Antara Cinta dan Persahabatan

Pengarang : Sutikno (*sedikit modifikasi oleh penulis blog)

Jam dinding menunjukan 06.15. Aku harus segera berangkat ke sekolah. Aku bersekolah di SMP Negeri 1 Banjarnegara. Aku termasuk anak yang pendiam dan bisa dibilang pandai.

Aku punya teman yang bernama Reno, ia adalah sahabat terbaikku, kami berdua sering membicarakan banyak hal, termasuk soal cinta. Hingga pada suatu hari Reno bercerita kalu dia menyukai seorang perempuan cantik yang bernama Rini. Rini adalah sahabatku juga, jadi aku memberitahu Rini bahwa Reno menyukainya. Rini juga pernah bercerita kepadaku kalau ia dulu juga mencintai Reno. Jadi aku memberitahu Reno kalau Rini juga mencintainya. Tanpa berpikir lama lagi Reno pun langsung menembak Rini. Hingga akhirnya mereka berdua jadian.

Hari demi hari mereka lalui dengan penuh rasa kasih sayang dan penuh kemesraan. Jika mereka berdua ada masalah, aku selalu memberi masukan hingga mereka kembali baikan lagi.

Setelah 3 tahun kemudian, aku dan teman-teman seangkatanku mengadakan acara perpisahan. Kami larut dengan kesenangan acara ini hingga lupa waktu. Acara belum selesai ketika waktu sudah mulai sore. Acara berhenti ketika masuk waktu maghrib. Kami yang beragama Islam segera bergantian mengambil air wudhu. Setelah mengambil air wudhu aku berinisiatif untuk mengumandangkan adzan maghrib.

Selesai sholat berjamaah kami berpamitan kepada bapak ibu guru. Tak lupa kami meminta doa mereka agar bisa diterima di sekolah yang diinginkan dan dimudahkan dalam menggapai cita-cita.  Setelah itu kami pun kembali ke rumah masing-masing dengan rasa lelah dan hati yang riang gembira.

Waktu berputar demikian cepat hingga tanpa terasa aku harus mencari sekolah kejuruan yang aku inginkan. Aku pun mengajak Reno untuk bersama mendaftar ke sekolah yang aku tuju. Namun Reno tidak mau karena orang tuanya tidak sanggup untuk membiayainya. Dia memilih untuk melanjutkan di sekolah yang relatif murah yang sekiranya terjangkau untuk orang tuanya.

Aku diterima di sekolah yang aku inginkan. Dari dulu aku memang ingin masuk ke sekolah kejuruan. Aku memilih jurusan rekayasa perangkat lunak (RPL). Aku memang menyukai dunia pemrograman web dan aplikasi.

Setelah sekian lama tidak bertemu dengan sahabatku Reno, aku pun pergi main ke rumahnya setelah pulang dari sekolah. Setelah sampai di rumah Reno, ia bercerita banyak tentang hubungannya dengan Rini. Ia bercerita bahwa hubungan mereka sudah kandas di tengah jalan. Aku pun turut prihatin atas semua kejadian yang dialami oleh Reno.

Sepulang dari rumah Reno, aku menuju rumah Rini. Aku bertanya ke Rini kenapa hubungan mereka bisa kandas di tengah jalan. Rini menjawab kalau ia sebenarnya dari dulu tidak menyukai Reno namun ternyata ia justru menyukaiku. Aku pun terkejut dengan apa yang disampaikan olehnya. Aku pun menyampaikan kepadanya kalau aku juga sebenarnya menyukainya. Namun aku lebih memilih untuk memendamnya karena aku tahu kalau sahabat terbaikku Reno juga menyukainya.

Setelah perbincangan itu aku dan Rini pun menjalin sebuah hubungan yang serius. Hubungan kami sangat istimewa karena tidak ada masalah dalam hubungan kami. Setelah satu tahun berjalan, Reno mengetahui kenapa Rini memutuskan untuk pisah dengannya. Reno pun marah kepadaku. Setiap hari aku selalu minta maaf kepadanya namun ia masih belum mau memaafkanku.

Satu tahun kemudian, ia pun mau memaafkanku dan melupakan semua yang telah terjadi. Aku pun merasa sangat senang dan bahagia. Aku juga bercerita bahwa hubunganku dengan Rini juga sudah kandas di tengah jalan. Reno pun bertanya apakah penyebab kandasnya hubungan kami itu karena dirinya. Aku pun menjawab bahwa kandasnya hubungan kami bukan karenanya namun karena memang kami sudah tidak ada kecocokan lagi.

Suatu hari Reno bercerita kepadaku kalau ia sedang naksir seorang temannya yang bernama Dewi. Aku sangat mendukung usaha Reno untuk mencari hubungan lagi. Setelah aku dikenalin dengan Dewi, kami jadi sering ketemu dan jalan bareng. Lama-lama aku dan Dewi semakin dekat. Rasa cinta mulai tumbuh di antara kita berdua. Tapi aku sadar kalau aku tidak boleh melakukan kesalahan lagi. Aku tidak mau Reno marah besar lagi padaku.

Aku berusaha untuk menjauhi Dewi. Akan tetapi Dewi masih terus saja mencariku kesana kemari. Hingga aku pun merasa kasihan padanya. Malam harinya aku main ke rumah Dewi. Ternyata Dewi sedang menangis di kamarnya. Aku diam-diam masuk ke kamarnya dan berusaha untuk menenangkannya. Aku tidak kuasa menahan rasa kasihanku. Tiba-tiba Dewi memelukku dengan sangat erat. Sambil menangis ia berkata bahwa ia tidak mau kehilanganku dan memintaku untuk tidak meninggalkannya. Aku pun membalasnya dan mengatakan kalau aku juga tidak akan meninggalkannya lagi. Aku memintanya untuk berhenti menangis. Tanpa kami sadari, ternyata Reno sudah ada di kamar Dewi sejak beberapa waktu lalu.

Aku pun berusaha untuk melepaskan tangan Dewi dari pelukannya, namun Dewi masih saja memelukku dan tidak mau melepaskannya. Sontak Reno pun sangat marah dan keluar rumah sambil mengumpat dengan kata kata kasar padaku.

Terdengar suara sepeda motor yang sangat kencang. Ternyata itu adalah Reno. Dengan rasa emosinya Reno melajukan motornya dengan sangat kencang. Dari arah berlawanan tepat di tikungan ada truk yang juga melaju dengan kencang. Tabrakan pun tidak bisa dihindari. Reno meninggal di tempat kejadian. Aku pun sungguh sangat menyesal dengan apa yang telah aku perbuat selama ini. Kematian Reno itu gara-gara aku.

Akhirnya aku menyimpulkan semua itu bahwa sahabat itu lebih penting dari cinta. Sahabat sejati itu sangat sulit dicari. Jangan pernah menyia-nyiakan seorang sahabat sejati.

Contoh Cerpen Remaja

Bukan Benci Tapi Takut

Aku tetap menahan kakiku untuk tetap berdiri di depan pintu kelas. Pikiranku berputar-putar dari itu ke itu saja. Aku merasa gelisah setelah rombongan teman-temanku mengatakan kalau aku berhasil menjuarai lomba nyanyi tingkat kabupaten dan akan dikirim ke tingkat provinsi untuk mewakili kabupaten. Perasaanku was-was teringat pesan bapakku yang begitu keras melarangku untuk bernyanyi. Bahkan mengancam akan menyumbat mulutku dengan sandal apabila aku masih bernyanyi.

Sejak kecil aku memang dilarang bernyanyi oleh bapakku. Bapak selalu menakut-nakutiku dengan hal yang aneh-aneh apabila ia mendengarku bernyanyi.

Aku selalu takut mendengar kata-kata aneh yang dilontarkan oleh bapakku, namun tak bisa dipungkiri aku sangat suka menyanyi hingga tanpa sepengetahuan bapakku, aku menyanggupi permintaan guruku untuk mewakili sekolah mengikuti lomba menyanyi tingkat kabupaten. Aku berhasil mengharumkan nama sekolah sehingga semua guru menebarkan senyuman terindahnya setiap mereka melihatku. Namun, mataku layu memandangi mereka semua. Aku takut sebentar lagi langit akan segera runtuh dan menghimpitku. Apalah dayaku untuk bertahan dan tetap berdiri tegak jika tertimpa benda seberat itu. Sungguh tak terbayangkan bapak akan segera memahamiku atau bahkan akan menampar pipiku yang mungil ini. Senyumku tertahan saat aku berusaha untuk membukanya. Aku sama sekali tidak bangga pada diriku sendiri, melainkan menyesal telah melanggar janjiku pada bapakku.

“Kamu janji gak nyanyi lagi kan?”

“Iya Yah, aku janji”

Pernyataanku waktu itu membuat aku merasa dihantui sepanjang waktu. Jika bapak sampai tahu apa yang telah aku lakukan dia pasti akan marah besar.

Aku berusaha menutupi semua ketakutanku, namun percuma tubuhku terasa lemas untuk menutupinya. Tanpa kusadari ternyata dari awal aku berdiri di sini, ada sepasang mata yang memperhatikan kegelisahanku. Aku baru menyadari setelah sepasang mataku bertemu dengan matanya. Mataku membesar karena rasa kaget yang tak tersembunyikan. Ia mulai bergerak, berdiri dari tempat duduknya dan melangkah sedikit demi sedikit ke arahku. Aku berdebar dan menyembunyikan kedua tanganku ke belakang karena jari-jariku tak bisa berhenti menari. Entah takut, entah gerogi, yang jelas aku tak kuasa berdiri di depannya. Ia sudah tepat berdiri di depanku dan memberikan senyumnya padaku.

“Kamu sakit Put? Kok mukamu pucat?”, tanyanya penuh perhatian. Tak kusangka ia akan sebaik ini padaku. Aku berusaha untuk tersenyum dan menjawab pertanyaannya meski agak terbata-bata. Namun, dari sorot matanya seolah ia tak percaya dengan apa yang aku katakan. Seolah ia tahu apa yang sedang aku rasakan. Aku tertunduk lemas dan berusaha mengakhiri percakapanku dengannya.

Ia adalah sosok yang begitu aku kagumi sejak aku melangkahkan kaki ke SMA ini. Tepatnya satu tahun yang lalu. Hari ini adalah hari pertama aku berbicara dengannya karena selama ini aku tak pernah menyempatkan diri untuk berbicara atau sekedar menyapanya. Bukan karena sibuk namun karena sedikit gerogi.

Perasaanku yang seharusnya senang lenyap dilahap oleh rasa takut. Aku tetap memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Inginku mengatakan pada guruku bahwa aku tak bisa mengikuti lomba itu ke tingkat provinsi. Namun, aku takut akan banyak yang kecewa padaku. Tapi, kalau aku tetap mengikutinya, bapakku pasti akan kecewa. Aku tak bisa memilih di antara keduanya. Bapak yang kecewa atau semua guru dan teman-temanku yang kecewa? Sungguh pilihan yang sangat sulit bagiku. Walaupun bapak hanya seorang namun ia adalah sosok yang sangat berharga bagiku. Sosok yang selalu menjagaku dari sejak aku belum mengetahui apa-apa hingga aku besar seperti sekarang. Ia selalu melindungiku semenjak ibu pergi meninggalkan kami berdua. Pergi jauh hingga kami takkan mungkin lagi bertemu dengannya untuk selama-lamanya. Semenjak aku baru berumur dua tahun. Semenjak itu juga aku tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, hanya bapak yang setia menjaga dan selalu bersamaku. Bapak tidak menikah lagi karena ia ingin aku memiliki ibu tiri. Ia tak ingin hatiku terluka nantinya. Namun, akhirnya aku tetap merasakan betapa terlukanya hatiku, betapa sedihnya aku sebab bapak melarangku melakukan hobiku, bakatku, dan aku sungguh kecewa karena itu. Bapak tidak pernah mengatakan alasan mengapa ia melarangku bernyanyi. Mengapa ia begitu benci dengan nyanyian. Ia tidak pernah menjawabnya saat aku tanyakan. Aku ingin mengatakan pada bapak bahwa aku juga ingin seperti teman-temanku yang orangtuaya selalu memberi dukungan untuk mengembangkan bakat anak-anaknya. Tidak seperti aku yang selalu dipatahkan.

Aku sengaja melangkah kecil-kecil menyusuri jalan ke rumah. Aku ingin berlama-lama di jalan karena tidak sanggup berbicara pada bapak ataupun minta izin kepadanya. Selama di perjalanan aku berusaha melawan pikiranku untuk menuruti nasihat bapakku. Aku mencoba menetapkan hati dalam sebuah pilihan untuk tetap mengikuti lomba itu. Aku sangat berharap bisa memberanikan diri untuk mengungkapkan itu semua pada bapakku.

Setibanya di rumah ternyata bapak sudah menungguku di teras rumah. Aku menundukan kepalaku saat sudah berdiri tepat di hadapannya. Ia menepuk kedua pundakku dan memandangiku penuh rasa kasih sayang.

“Put, bapak dengar katanya kamu menang lomba nyanyi di tingkat kabupaten?”.

Akupun tersentak kaget mendengar perkataan bapak. Tidak kusangka bapak mengetahuinya sebelum aku sempat berbicara sepatah kata pun. Aku memandangi wajah bapak dengan rasa kesal. Tanpa terasa air mataku yang tertahan mulai menetes dengan deras.

“Bapak tahu dari mana?” tanyaku sambil terisak.

“Teman-teman kamu Put”

Bapak berjalan memasuki rumah dan aku pun mengikuti dari belakang.

“Bapak, Putri minta maaf”.

“Put, dengarkan bapak baik-baik. Kamu tahu kan kenapa bapak melarangmu bernyanyi?”

“Karena bapak tidak suka mendengar nyanyian”, jawabku.

“Bukan Put, bukan itu”, bapak mulai membantah kata-kataku.

“Bapak tidak mau kamu seperti ibumu Put”

“Seperti ibu? Apa maksud Bapak?”

“Put, ibumu itu seorang penyanyi. Ia cantik dan lemah lembut. Tidak bisa disalahkan kalau sifatnya turun kepadamu Put”

“Lalu kenapa bapak melarangku bernyanyi?”

“Itu alasan bapak. Banyak orang yang menyukai ibumu. Bapak takut itu akan terjadi padamu Put”

“Apa hubungannya Pak?”

“Tentu ada hubungannya Put. Banyak yang menyukai ibumu tak terkecuali laki-laki yang sudah beristri. Ada orang yang sakit hati karean suaminya jatuh hati pada ibumu”

“Lalu?”, tanyaku penasaran.

“Ibumu dibunuh Put”

Aku pandangi bapak yang tak kuasa menahan air matanya. Sekarang aku sudah mengerti kenapa bapak melarangku bernyanyi. Terkadang sesuatu yang kita benci, namun sebenarnya baik untuk kita. Begitupun sebaliknya, sesuatu yang kita suka belum tentu baik untuk kita.

Cerpen Cinta dan Persahabatan SMA

Cinta bisa membuat orang lupa segalanya. Cinta mampu membuat orang rela berkorban apapun yang dimiliki. Bagi wanita, lebih baik mencintai dari pada dicintai. Jangan harap orang yang belum jelas mencintai kita akan menerima orang yang mencintai kita apa adanya. Karena mencintai tanpa dicintai seperti melakukan sesuatu yang bikin capek namun tidak membuahkan hasil. Makanya belajarlah mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain.

Namaku Dewi, siswa kelas XII SMA. Dulu aku menolak dan mengabaikan semua orang yang menyatakan cinta padaku. Namun sekarang justru aku yang diabaikan oleh orang yang aku cintai.

Aku suka teman sekelasku, namanya Andi. Dia adalah sahabat dekatku sejak lama. Awal aku menyukainya berawal saat aku berkenalan dengannya dan berteman akrab dengannya sampai dekat sehingga sekarang aku jatuh hati padanya.

Aku punya temen cewek bernama Putri. Dia temanku sejak SMP. Sedangkan aku, Putri, dan Andi sudah berteman dekat sejak masuk SMA.

Suatu ketika aku melihat Putri dan Andi bercanda bersama dan terlihat akrab seperti orang pacaran. Aku sungguh cemburu melihatnya, namun aku menyembunyikan kecemburuan itu di depan Putri. Namun, lama-lama rasa terpendam ini ingin dikeluarkan. Akhirnya aku putuskan untuk cerita ke Putri tentang perasaanku ke Andi.

“Put, aku mau cerita sesuatu. Tapi jangan cerita ke orang lain ya”

“Mau cerita apa Wi?” tanya Putri.

“Jujur aku suka dengan Andi sejak lama. Dan jujur aku cemburu saat kamu dekat sama Andi”.

“Kamu suka sama Andi? Serius Wi?”, cecar Putri.

“Iya Put, tapi kamu jangan bilang ke Andi ya” tegasku.

“Iya Wi, maaf kalau aku sudah bikin kamu cemburu”

“Ok Put. Makasih ya sudah mau mengerti”

Semakin lama sku semakin dekat dengan Andi. Tetapi rasanya Andi tidak akan jatuh cinta padaku. Meskipun seperti itu, aku tetap berjuang sepenuh hati. Dan ternyata Putri juga suka dengan Andi.

Aku mengetahui kalau Putri suka dengan Andi ketika aku membaca buku harian Putri. Di sana tertulis curahan perasaan Putri pada Andi.

Aku sungguh merasa kecewa setelah membaca diary Putri tersebut. Karena sahabat terbaikku ternyata suka dengan orang yang sama denganku. Tetapi aku berpikir, rasa suka itu berhak untuk semua orang.

Saat di taman sekolah, aku melihat Putri dan Andi sedang mengobrol. Mereka terlihat lebih serius dibanding biasanya. Aku pun penasaran dan berusaha mencuri dengar percakapan mereka dari balik pohon.

“Put, aku sudah lama suka sama kamu, mau nggak kamu jadi pacarku?”, tanya Andi.

Putri nampak kaget dan bingung mendengar pertanyaan itu. Tetapi pada akhirnya Putri menerima cinta Andi dan mulai menjadi pacar Andi tanpa memikirkan perasaanku, sahabat baiknya.

“Iya aku mau”, jawab Putri.

Aku yang mendengar jawaban Putri langsung kaget dan keluar dari balik pohon. Karena aku tak menyangka sahabat baikku akan tega melakukan hal itu.

“Put, kamu pacaran sama Andi? Selamat ya kamu sudah bikin aku sakit hati”

Putri dan Andi kaget karena aku keluar dari balik pohon secara tiba-tiba dan langsung berkata demikian.

“Maafin aku Wi. Jujur aku memang suka sama Andi”, jawab Putri.

“Yasudahlah”, jawabku sembari meninggalkan Putri dan Andi.

Aku pergi dengan perasaan campur aduk tidak karuan dan berpikir kenapa sahabat baikku tega melakukan hal itu. Padahal Putri tahu kalau aku sudah lama suka sama Andi.

Akhirnya persahabatanku dengan mereka hancur karena cinta. Aku merasa bahwa lebih baik mengutamakan sahabat dari pada pacar. Karena orang yang selalu hadir saat senang dan susah adalah sahabat.

Cerpen Persahabatan SMP

Namaku Cyntia, saat ini aku sedang duduk di bangku kelas IX SMP. Sehari-hari kujalani bersama dengan ketiga sahabatku yaitu Latif, Reno, dan Amel. Kami berempat sudah bersahabat sejak kecil.

Suatu saat kami menulis surat perjanjian persahabatan di secarik kertas yang kami masukkan ke dalam botol. Kemudian botol tersebut dikubur di bawah sebuah pohon yang nantinya surat tersebut akan kami buka saat kami menerima hasil kelulusan.

Hari yang kami tunggu-tunggu pun tiba. Kami menerima hasil ujian dan kami semua ditanyakan lulus.

Kami pun langsung pergi ke pohon tempat kami menyimpan surat perjanjian dulu dan kami menggali tempat tersebut untuk mengambil botol.

Kami berempat membuka botol tersebut dan membaca tulisan yang dulu pernah kami tulis. Kertas tersebut bertulisan “kami berjanji akan selalu bersama untuk selamanya”.

Keesokan harinya, Latif berencana untuk merayakan kelulusan kami berempat. Malamnya kami berempat pergi bersama ke suatu tempat. Dan di situlah saat-saat yang tidak bisa aku lupakan terjadi. Latif menyatakan perasaannya padaku. Akhirnya aku dan Latif pun berpacaran.

Begitu juga dengan Reno. Ia pun menyatakan perasaannya pada Amel dan mereka pun berpacaran. Malam itu sungguh malam yang istimewa bagi kami. Kami pun bergegas untuk pulang. Dalam perjalanan pulang, entah kenapa perasaanku tidak enak.

“Perasaanku kok nggak enak ya”, ucapku cemas.

“Udahlah Cyn, tenang saja, nggak ada apa-apa” jawab Latif santai.

Tidak lama kemudian hal yang aku khawatirkan pun terjadi.

“Latif awas ! Di depan ada jurang”, teriakku pada Latif.

“Aaaaaaaa!!!!!”

Brukkkk. Mobil yang kami naiki masuk ke dalam jurang. Kami semua berteriak sampai aku tidak sadarkan diri.

Perlahan aku berusaha membuka mataku sedikit demi sedikit dan aku melihat ibu dan bapak ada di sampingku.

“Cyntia, kamu sudah sadar sayang?”, tanya ibuku.

“Bu, aku di mana? Di mana Amel, Reno, dan Latif?”, tanyaku pada ibuku.

“Kamu di rumah sakit Cyn. Kamu yang sabar ya. Reno dan Latif tidak bisa tertolong”, jawab ibuku sambil meneteskan air mata.

Aku terdiam mendengar penjelasan ibuku. Tanpa terasa air mataku mengalir deras tanpa henti.

“Latif, kenapa kamu meninggalkan aku? Padahal aku sayang banget sama kamu. Tapi kamu meninggalkan aku begitu cepat. Semua pergi meninggalkan aku”, batinku.

Dua hari kemudian aku berkunjung ke makam mereka. Aku berharap kami bisa menghabiskan waktu bersama sampai tua sesuai surat perjanjian persahabatan kami dulu. Tapi sekarang semua hanya tinggal angan. Aku berjanji akan selalu mengenang mereka.

Nah itulah pembahasan singkat mengenai cerpen. Mulai dari pengertian cerpen, unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen, ciri-ciri cerpen, dan beberapa referensi contoh cerpen yang sangat menarik.