Indonesia sempat dijajah Portugis, Belanda, dan Jepang
Pemasangan ribuan bendera Merah Putih di di Poetoek Suko, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan ke-75 RI.
Generasi baru anak bangsa tak merasakan pahitnya perjuangan dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Mereka semua bisa menikmati jerih payah para pendahulu yang berjuang hingga Indonesia bisa seperti saat ini.
Butuh perjuangan panjang hingga akhirnya bangsa ini bisa memproklamasikan kemerdekaan yang selalu kita rayakan setiap 17 Agustus. Bahkan, dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, bangsa ini pernah merasakan sejarah kelam dijajah oleh bangsa asing.
Perjuangan rakyat untuk melawan penjajahan dimulai sejak tiba di Malaka pada 1509. Di bawah pimpinan Alfonso de Alburquerque mereka ingin memperluas kekuasaan di Tanah Air demi mengeruk sumber kekayaan alam yang dimiliki, termasuk rempah-rempah. Tapi perlawanan sengit digaungkan Fatahillah pada masa itu
Setelah bertahun-tahun berjuang melawan Portugis, banyak negara mencoba mengambil alih kekuasaan di Indonesia. Dipimpin Cornelis de Houtman, Belanda akhirnya bisa masuk pertama kali ke Indonesia melalui Banten, Mereka memiliki tujuan yang sama, yakni ingin menguasai rempah-rempah.
Singkat cerita, perjuangan pun terus dilanjutkan dalam melawan penjajahan. Mereka terus tanpa henti melakukan perlawanan untuk bisa merdeka, hingga perjuangan mereka pun akhirnya menuai hasil.
Banyak peristiwa penting yang terjadi dalam perjuangan hingga bisa memproklamasikan kemerdekaan. Berikut ini adalah beberapa momen kejadian dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
- Masa pendudukan Belanda hingga Jepang
Mabes ABRI – Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI – Repro. Buku “40 Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia”
Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, tercatat Belanda mendirikan Vereenigde Oostindische Compagnie atau disingkat (VOC), yaitu kongsi dagang Hindia Timur Belanda yang memiliki hak istimewa di Indonesia dalam urusan perdagangan. Mereka berhasil memonopoli perdagangan Indonesia, melakukan penindasan, sampai pemerasan kepada rakyat.
Walau di tengah jalan VOC dibubarkan, kolonialisme Belanda tak berhenti begitu saja. Mereka mendirikan pemerintah Hinda Belanda yang membuat bangsa ini semakin sengsara, karena sistem tanam paksa dan membangun fasilitas jalan di beberapa wilayah Pulau Jawa.
Semakin hari tokoh-tokoh bangsa tak berhenti menyuarakan kemerdekaan. Mereka terus menggalang kekuatan untuk melawan dan berjuang hingga banyak yang gugur di medan perang. Hingga, akhirnya Belanda berhenti menguasai Indonesia usai 350 tahun melakukan penjajahan.
Namun, pada 1942 Belanda menyerahkan Indonesia kepada Jepang tanpa syarat dalam perjanjian Kalijati. Indonesia kembali diduduki oleh bangsa asing di tanahnya sendiri. Selama kurun waktu tiga tahun lebih, rakyat terus berjuang hingga secercah harapan untuk bisa merdeka muncul.
- Jepang menyerah dari sekutu usai kalah di perang pasifik
Awan jamur yang dihasilkan ledakan Bom Atom Little Boy di Hiroshima pada 6 Agustus 1945.
Bangsa Indonesia mulai di atas angin usai Jepang mengakui kekalahan dari sekutu. Mereka tak lagi digdaya setelah 14 ribu lebih rakyat menjadi korban akibat luluh lantahnya Hiroshima oleh bom atom pada 6 Agustus 1945 dan Nagsaki tiga hari setelahnya.
Buntut dari peristiwa itu Jepang siap melepaskan Indonesia. Setelah mendengar kabar tersebut ditambah pasukan Jepang yang sudah diambang kehancuran, para tokoh senior kala itu langsung bergerak cepat guna menegaskan jika bangsa Indonesia ingin merdeka.
Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia mencatat, tokoh senior langsung menginisiasi berdirinya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang diketuai Dr. Radjiman Widyodiningrat. Namun, tak lama berselang badan tersebut berganti nama jadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dipimpin oleh dwitunggal, Sukarno dan Mohammad Hatta.
Radjiman ditemani Sukarno dan Hatta pun diterbangkan ke Vietnam pada 10 Agustus untuk bertemu Panglima Tentara Jepang di Asia Tenggara Marsekal Hisaichi Terauchi. Di sana disepakati Negeri Matahari Terbit memberikan kemerdekaan ke Indonesia.
- Penculikan Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok
Proklamator Republik Indonesia, Wakil Presiden Mohammad Hatta (kiri) dan Sukarno (kanan) dalam sebuah pertemuan di masa Revolusi Nasional antara tahun 1945 hingga 1949.
Pada waktu bersamaan saat ketiga tokoh penting berada di Vietnam, golongan muda seperti Sutan Syahrir dan pejuang lainnya bergerilya untuk menyuarakan Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaannya. Mereka tak mau mengikuti hasil pertemuan pimpinan PPKI di Vietnam, karena tak mau menganggap kemerdekaan itu hadiah dari Jepang.
Syutan Syahrir dan rekan-rekannya seperti Wikana, Sukarni, Chairul Saleh, D.N Aidit, sampai Soebadio menemui dwitunggal yang baru pulang dari Vietnam untuk mendesak mereka segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, Sukarno dan Hatta tak mau mengikutinya, karena mempercepat hal itu berisiko bisa menimbulkan pertumpahan darah, terlebih mereka belum yakin Jepang sudah menyerah.
Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, golongan pemuda tercatat nekad menculik Sukarno dan Hatta yang jadi ketua PPKI dan membawanya ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 dini hari WIB. Di sana keduanya kembali didesak untuk memproklamasikan kemerdekaan lebih awal dari waktu yang sudah ditentukan pada 24 Agustus 1945. Perdebatan pun akhirnya kembali muncul, karena diwitunggal masih bersikukuh dengan waktu yang sudah ada.
Diskusi tersebut sempat deadlock, sampai akhirnya setelah Achmad Subardjo menyusul Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia itu, mereka bersepakat untuk mempercepat pembacaan proklamasi, dengan syarat, Subardjo bisa membawa Sukarno dan Hatta kembali ke Jakarta dan menyiapkan teknisnya.
- Persiapan dan perumusan teks proklamasi
Naskah Konsep Teks Proklamasi tulisan tangan asli Presiden pertama RI Sukarno.
Rombongan pun langsung pergi ke kediaman Laksamana Maeda di Jakarta. Mereka membahas mengenai hal-hal yang sudah disepakati bersama dengan golongan muda. Ketiganya pun dipertemukan oleh Maeda dengan Kepala Pemerintah Militer (Gunseikan) di markasnya untuk membahas upaya tindaklanjut yang akan dilakukan.
Hanya saja, Jepang tak memberikan izin terkait hal itu. Jenderal Nishimura yang mewakili Gunseikan menemui ketiga tokoh tersebut melarang Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Mereka diminta tetap menjalankan semuanya seperti rencana awal dan tak mau ada perubahan status-quo sambil menunggu kedatangan sekutu.
Melihat gelagat tidak baik, ketiganya pun akhrinya memutuskan menggelar sidang PPKI untuk segera mempercepat waktu membacakan proklamasi Indonesia. Mereka bersama anggota PPKI dan beberapa golongan muda pun kembali ke rumah Maeda untuk mempersiapkan hal tersebut, termasuk merumuskan teks proklamasi.
Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, perumusan teks proklamasi dilakukan oleh Sukarno, Hatta, dan Soebardjo secara bersama-sama, serta disaksikan beberapa golongan muda seperti Sukarni, Sudiro dan BM Diah. Hingga akhirnya konsep yang dibuat pun selesai, dan Sayuti Melik langsung mengetik naskah yang siap dibacakan pada 17 Agustus 1945 itu.
- Pembacaan teks proklamasi untuk pertama kali dalam sejarah kemerdekaan Indonesia
Sukarno dan Mohammad Hatta saat pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, disaksikan oleh tokoh-tokoh nasionalis lain dari berbagai daerah, bertempat di kediaman pribadi Soekarno yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta Pusat (kini Tugu Proklamasi).
Penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pada 17 Agustus 1945 hingga pukul 04.00 WIB. Mereka pun langsung bergegas menyiapkan hal-hal teknis jelang detik-detik pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Tepat pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, di halaman rumahnya sendiri di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Sukarno membacakan naskah proklamasi diikuti pidato singkatnya. Setelah itu, bendera Merah Putih yang sudah dijahit oleh Fatmawati pun dikibarkan oleh prajurit PETA, Latief Hendradiningrat, setelah sebelumnya Trimurti menolak mengibarkan.
Walau upacara tersebut berjalan sederahan, para peserta yang hadir tetap mengikuti prosesnya dengan khidmat. Prosesi yang berjalan tanpa protokol tersebut tetap berjalan dengan sangat baik dan tak mengurangi nilai kebahagiaan rakyat Indonesia yang pertama kalinya merasakan merdeka.
Para pewarta pun dengan sigap menyebarluaskan berita bahagia tersebut ke pelbagai penjuru negeri melalui radio dan penyebaran dengan media masa. Walau mengalami kendala karena Jepang melarang untuk menyebarluaskannya, peristiwa dalam sejarah kemerdekaan Indonesia itu tetap bisa disampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia.
Itulah beberapa peristiwa-peristiwa penting yang diceritakan secara singkat dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Source:
idntimes.com/news/indonesia/ilyas-listianto-mujib-1/sejarah-perjuangan-merebut-kemerdekaan-indonesia