Dalam rangka menambah dana perusahaan, salah satu kebijakan yang biasa diambil adalah utang jangka pendek. Mengambil utang jangka pendek akan memenuhi kebutuhan operasional perusahaan dan perusahaan juga memiliki kesempatan untuk berkembang.
Perusahaan yang membutuhkan dana dalam jumlah besar serta melakukan pinjaman dalam bentuk utang, maka akan membuat nilai risiko perusahaan juga meningkat. Apabila perusahaan tidak bisa melunasi utang jangka pendek, maka likuiditas perusahaan juga bisa terancam mengalami rugi.
Apa Itu Hutang Jangka Pendek?
Utang jangka pendek merupakan pinjaman dana atau kewajiban yang hari dibayarkan serta bersifat dana darurat. Utang jangka pendek juga merupakan jenis utang dengan waktu jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun.
Di dalam ilmu akuntansi, utang jangka pendek juga dikatakan sebagai liabilitas lancar. Di dalam dunia usaha, tambahan dana yang berasal dari utang umum dilakukan untuk pemilik usaha kecil sampai perusahaan besar.
Untuk melunasi kewajiban yang dimiliki perusahaan, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah menghitung kepemilikan aset perusahaan atau aktiva.
Namun, saat pemilik usaha tidak mampu melunasi utang, maka perusahaan akan mengambil keputusan berupa kebijakan memotong dividen keuntungan dari pemilik investor. Suatu transaksi pinjaman dapat dikatakan sebagai utang jangka pendek jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
– Terdapat kewajiban pinjaman yang harus dibayarlkan dengan segera. Hal ini ditandai oleh kedua belah pihak antara penerima pinjaman dan pemberi utang telah melakukan perjanjian yang disepakati bersama.
– Timbul nominal utang jangka pendek yang perlu dibayar.
Seorang pebisnis harus bisa menampilkan perhitungan dana kepemilikan atau rincian mengenai modal usaha. Dengan demikian, pebisnis bisa menyusun kebijakan yang akan diambil. Selain itu, laporan keuangan juga harus dibuat secara rapi dan rinci.
Jenis-Jenis Utang Jangka Pendek
Ada banyak jenis utang jangka pendek yang perlu diketahui oleh pebisnis. Terkadang bagi orang yang belum mengerti mengenai utang, pencatatan pada jurnal bisa keliru yang membuat laporan keuangan berantakan. Berikut jenis-jenis utang jangka pendek, yaitu:
1. Utang Dagang dan Utang Wesel
Utang dagang dan utang wesel merupakan utang yang muncul dari pembelian suatu jasa atau barang serta dari pinjaman jangka pendek. Cara menentukan jumlah utang jangka pendek yaitu perlu diperhitungkan utang terhadap barang yang telah dibeli tetapi masih dalam perjalanan.
Utang dagang tidak dicatat ketika pemesanan terjadi, namun utang dagang dicatat ketika hak kepemilikan atas barang beralih kepada pembeli.
Jika ada potongan pembelian secara tunai maka utang tersebut harus dilaporkan sejumlah utang dagang yang telah dikurangi dengan potongan nilai. Jika pembelian dengan kredit terdapat PPN maka hutang datang termasuk sebagai PPN.
Pencatatan utang terhadap pembelian barang yang masih di perjalanan perlu memikirkan mengenai syarat pengirimannya. Ada utang wesel yang dijamin dan ada yang tidak dijamin.
Di dalam utang tersebut ada wesel-wesel yang dikeluarkan untuk membeli barang atau jasa, pinjaman bank jangka pendek pemegang saham atau pegawai, serta untuk pembelian peralatan dan mesin.
2. Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Periode Itu
Utang jangka panjang yang akan dilunasi dalam kurun waktu kurang dari satu tahun serta utang obligasi termasuk sebagai utang jangka pendek.
Apabila utang yang jatuh tempo sebagian, maka bagian yang yang akan jatuh tempo dalam tahun tersebut dilaporkan sebagai bagian dari utang jangka pendek.
Sementara itu, utang jangka panjang yang belum memasuki jatuh tempo tetap menjadi utang jangka panjang di dalam laporan neraca.
Jika utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam periode tersebut, dan dilunasi menggunakan dana pelunasan atau uang hasil penjualan obligasi baru atau ditukar menggunakan saham, maka utang jangka panjang tersebut tetap menjadi utang jangka panjang.
Walaupun waktu pelunasan masih dalam kurun waktu satu tahun, namun jika tidak dilunasi menggunakan sumber aktiva lancar serta menimbulkan utang jangka pendek baru maka tetap dikelompokkan sebagai utang jangka panjang.
3. Utang Dividen
Dividen yang diberikan atau dibagikan dalam bentuk aktiva atau uang (apabila belum dibayar) dicatat dengan cara mendebet dari rekening laba tidak dibagi serta mengkredit dari utang dividen. Berikut prosedur pencatatannya, yaitu:
Laba Tidak Dibagi xxx
Utang Dividen xxx
Utang dividen tersebut akan segera dibayarkan atau dilunasi, sehingga dikelompokkan sebagai utang jangka pendek. Utang dividen timbul ketika terjadi pengumuman mengenai pembagian dividen yang dilakukan oleh direksi dan terutang sampai dengan tanggal pembayaran.
Untuk dividen saham prioritas, walaupun jumlah dividen telah diketahui dengan pasti namun sebelum tanggal pengumuman belum berubah menjadi utang. Utang dividen skrip akan dikategorikan sebagai utang jangka pendek apabila akan segera dilunasi.
Sementara itu, pembagian dividen dalam bentuk berupa saham akan dicatat dengan cara debit laba tidak dibagi serta kredit dividen saham yang akan dibagi.
Laba Tidak Dibagi xxx
Dividen Saham yang Akan Dibagi xxx
Kredit yang dibuat sebagai pencatatan dividen saham yang akan dibagi tidak termasuk sebagai utang jangka pendek, namun termasuk elemen modal.
4. Uang Muka dan Jaminan yang Dapat Diminta Kembali
Uang muka yang
diperoleh dari pembeli untuk keperluan membeli barang-barang dikatakan sebagai utang jangka pendek. Hal ini dikarenakan barang-barang tersebut belum diserahkan kepada pembeli.
Jaminan yang bisa diminta kembali oleh pembeli juga dikelompokkan sebagai utang. Apabila jaminan tersebut ditarik sewaktu-waktu, maka jaminan merupakan utang jangka pendek.
Namun, apabila jaminan tersebut disimpan di perusahaan untuk waktu yang cukup lama, maka jaminan tersebut dikatakan sebagai utang jangka panjang.
5. Dana yang Dikumpulkan untuk Pihak Ketiga
Terkadang perusahaan menjadi pihak yang bertugas dalam mengumpulkan uang baik dari konsumen maupun pelanggan. Uang tersebut nantinya akan diserahkan oleh perusahaan kepada pihak lainnya.
Pengumpulan dana bisa dilakukan dengan cara membebani konsumen dengan jumlah tertentu atau pemotongan upah pegawai. Contohnya, setiap bulan gaji karyawan akan dipotong sebesar 15% untuk pajak penghasilan karyawan yang kemudian disetorkan ke kas negara.
Pajak yang dipotong dari gaji karyawan oleh perusahaan dicatat sebagai bentuk utang lancar. Contohnya, gaji karyawan pada bulan Desember 2020 adalah Rp5.000.000,00, maka PPH karyawan sebesar 15% akan dicatat dalam jurnal, yaitu:
Gaji dan Upah Rp5.000.000,00
Utang pajak pendapatan pegawai Rp750.000,00
Kas Rp4.250.000,00
Sementara itu, untuk perusahaan yang dikenakan PPN atau pajak pertambahan nilai akan membebankan pajak tersebut kepada konsumen. Caranya adalah dengan menambahkan pajak pada harga jual produk.
PPN yang diperoleh akan dicatat sebagai utang hingga penyetoran uang tersebut ke kas negara. Contohnya, pada bulan Desember 2020 penjualan yang terjadi adalah Rp13.200.000,00 termasuk PPN sebesar 10%. Pencatatan penjualan dalam jurnal akan ditulis sebagai berikut:
Kas Rp13.200.000,00
Penjualan Rp12.000.000,00
Utang PPN Rp1.200.000,00
Keterangan
PPN = 10/100 x Rp12.000.000,00
PPN = Rp1.200.000,00
Ketika menyetorkan PPN ke kas negara maka jurnal yang dibuat adalah:
Utang PPN Rp1.200.000,00
Kas Rp1.200.000,00
6. Utang Biaya (Biaya yang Masih Akan Dibayar)
Utang biaya adalah utang yang berasal dari pengakuan akuntansi terhadap biaya yang sudah terjadi. Namun, biaya yang telah terjadi tersebut belum dibayarkan. Utang biaya yang termasuk ke dalam kategori tersebut adalah utang uang yang timbul dari gaji dan upah, biaya sewa, dan bonus.
a. Utang Gaji dan Upah
Utang gaji dan upah merupakan perhitungan jumlah yang harus dibayarkan untuk gaji serta bunga, upah, dan sewa yang dilakukan dengan dasar waktu terjadinya biaya.
Contoh:
PT ABC Maju Jaya merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan dalam pembuatan laporan keuangan. Diketahui bahwa membayar gaji dan upah karyawan setiap tanggal 1 di bulan berikutnya.
Apabila gaji dan upah Desember 2020 Rp4.000.000,00, maka pada tanggal 31 Desember 2020 dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat utang gaji dan upah. Format pencatatan jurnal yang dilakukan, yaitu:
Gaji Rp4.000.000,00
Utang gaji dan upah Rp4.000.000,00
Untuk menghitung biaya lainnya yang masih harus dibayar juga dilakukan cara pencatatan yang sama.
b. Utang Bonus
Sering kali bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan menimbulkan beberapa masalah tersendiri. Bonus bisa dihitung menggunakan laba atau dasar penjualan tergantung dengan kesepakatan yang telah dibuat.
Jika bonus dihitung menggunakan dasar laba, maka perhitungan bonus bisa dilakukan dengan cara berikut:
– Bonus dihitung dari laba setelah dikurangi dengan pajak penghasilan sebelum dikurangi dengan bonus.
– Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi dengan PPH atau pajak penghasilan dan bonus.
– Bonus dihitung dari laba setelah dikurangi dengan pajak penghasilan dan bonus.
7. Pendapatan yang Diterima di Muka
Jumlah yang diterima dari konsumen untuk produk, baik barang maupun jasa akan diserahkan dalam periode selanjutnya dan dicatat dengan nama pendapatan yang diterima di muka. Uang tersebut juga termasuk sebagai utang jangka pendek.
Contoh pendapatan yang diterima di muka yaitu uang muka yang didapatkan dari pelanggan surat kabar atau majalah. Jumlah penerimaan tersebut adalah pendapatan yang diterima di muka hingga surat atau majalah diserahkan kepada pelanggan.
Bagi pemilik usaha yang ingin mengambil utang jangka pendek selalu pastikan bahwa memiliki kemampuan untuk melunasinya. Pasalnya, utang jangka pendek memiliki tenor yang cukup singkat, sehingga dalam waktu dekat harus melunasinya.