12 Ciri Ciri Cerpen Agar Cerpenmu Banyak yang Baca

Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Sejak dulu, cerpen sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa. Ada banyak cerita legenda yang dihafal secara turun-menurun karena terdapat ciri ciri cerpen yang sangat mencolok.

Biasanya cerita ini disampaikan secara lisan oleh orang tua pada putra-putrinya. Juga oleh guru pada muridnya. Sehingga cerita ini menyebar dari mulut ke mulut dengan cepat.

Seiring dengan perkembangan bahasa Indonesia, maka cerita ini terformulasi menjadi cerita pendek atau kita kenal dengan nama cerpen.

Sebagai sebuah karya sastra maka cerpen memiliki ciri-ciri.  Ciri ciri cerpen adalah sesuatu yang melekat dalam cerita.

Penasaran apa saja ciri ciri cerpen yang baik? Yuk, simak pembahasannya dalam artikel ini.
Berikut beberapa ciri-ciri cerpen yang perlu Anda tahu.

Bersifat Fiktif

Sebagai salah satu karya sastra, maka cerpen termasuk salah satu  karya yang bersifat fiktif. Proses penulisan cerpen biasanya terinspirasi oleh kisah nyata. Kisah nyata ini mampu memberikan nilai dan pelajaran berharga. Kemudian kisah nyata ini diceritakan dari mulut ke mulut hingga menjadi di sebuah cerita atau dongeng yang bersifat fiktif. Ringkasnya, kebanyakan cerpen berasal dari kisah nyata yang menginspirasi banyak orang.

Orang lebih suka mendengar cerita daripada data dan fakta. Inilah salah satu alasan penting mengapa orang lebih suka menonton sinetron dari pada melihat berita. Sinetron merupakan kepanjangan karya fiksi yang berupa visual.

Satu kata kunci yang membuat orang tertarik dengan cerita karena hadirnya rasa penasaran. Maka, cerita yang sukses dan berhasil menarik pembaca kebanyakan mampu membuat calon pembaca penasaran dengan ide dan gagasan ceritanya.

Baca juga: 7 Unsur Intrinsik Cerpen. Kunci Agar Cerpenmu Lebih Hidup

Fokus Pada Satu Aspek Cerita

Cerita dalam sebuah cerpen biasanya menggambarkan sesuatu yang sederhana dan fokus pada satu aspek cerita saja. Padahal, dalam kehidupan seseorang pasti ada banyak sisi yang mereka alami dan mereka hadapi dalam kehidupan mereka.

Namun, karena keterbatasan jumlah kata, maka cerpen hanya menampilkan satu sisi yang paling krusial dan bermanfaat untuk dikisahkan pada pembaca. Jadi, cerpen fokus pada pembaasan satu sisi seorang tokoh yang sedang ada dalam cerita.

Cerita pendek ini tak menggambarkan bagaimana masa kecil seseorang. Bagaimana masa mereka belajar di sekolah. Tetapi cerpen hanya memotret dan menggambarkan momentum seseorang yang memiliki sisi tertentu yang sangat sayang bila kita lewatkan begitu saja.

Gambaran Tokoh Sederhana

Sebagai sebuah cerita, maka cerpen perlu menggambarkan seorang tokoh yang menjalankan aktivitas tertentu. Penggambaran ini bersifat sederhana saja. Jadi, penggambaran tokoh tidak detail layaknya penokohan seorang tokoh dalam karya novel.

Sehingga kekurangan cerpen, sosok sang tokoh tak tersampaikan dengan sempurna. Dalam penulisan cerpen tak menggambarkan tokoh secara detail. Mulai dari postur tubuh, warna kulit, jenis rambut dan sesuatu yang terkait dengan kepribadiannya.

Penulisan cerpen hanya fokus pada perilaku dan sisi kehidupan sang tokoh yang unik, menarik dan layak dipublikasikan pada pembaca.

Jumlah Kata Terbatas

Sebuah cerpen memiliki jumlah kata yang sangat terbatas. Jumlah kata untuk sebuah cerpen tergantung siapa yang menuliskannya. Bila cerita pendek ini untuk anak-anak usia SD dan SMP, maka jumlah katanya di bawah 1000.

Jumlah kata untuk cerpen siswa SMA dan mahasiswa, biasanya penulisan jumlah kata cerpen 5000 hingga 10.000 kata. Boleh dibilang, menulis cerpen adalah langkah awal masuk ke dunia sastra yang lebih dalam lagi. Salah satunya ya novel.

Bila Anda sudah terbiasa menulis cerpen yang apik dan menarik, Anda bisa mulai belajar untuk menulis novel. Bedanya, bila Anda menulis novel, Anda bisa menggambarkan tokoh sedetail mungkin sehingga pembaca mampu memainkan imajinasinya untuk memahami sang tokoh dalam novel secara jelas dan nyata.

Memiliki Klimaks

Layaknya sebuah cerita yang menginspirasi, mendebarkan dan membuat orang penasaran, maka sebuah cerpen harus menghadirkan klimaks. Sehingga ending-nya bisa berupa kegembiraan, kesedihan, kecemasan atau penyesalan.

Siapapun yang membaca cerpen bisa menemukan nilai (value) berupa moralitas yang patut mereka ambil dari cerpen ini. Tantangan menulis cerpen adalah seberapa mampu mereka menghadirkan klimaks akhir yang membuat pembaca merasa senang, gembira dan bahagia.

Atau sebaliknya, mereka akan merasa sedih, susah karena tokoh utama dalam cerpen mengalami sesuatu yang merugikan.

Cerita Padat Dan Langsung Pada Tujuan

Kisah cerpen biasanya berisi tulisan kisah seorang tokoh yang penggambarannya sangat padat, jelas dan to the point. Isi tulisan cerpen tidak bertele-tele dalam penyampaiannya.

Sehingga sekali duduk seorang selesai membacanya. Karena isinya ringkas dan padat, maka pembaca bisa mengambil kesimpulan tentang isi cerita yang ada dalam cerpen.

Mudah Dihafalkan

Cerpen yang sifatnya fiksi ini biasanya berupa cerita yang terambil dari kisah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Maka cerpen mudah dihafal oleh orang-orang walaupun oleh seorang anak sekalipun.

Bahkan, mereka akan mampu menirukan cerita yang disampaikan oleh orang tua atau gurunya. Hal ini menunjukkan betapa ringan dan sederhananya bahasa sebuah cerpen. Sehingga isinya mudah dihafal, dipahami dan dihayati oleh anak-anak sekalipun.

Latar Cerita Terbatas

Karena keterbatasan jumlah kata, maka sebuah cerpen biasanya menggambarkan dengan latar belakang yang sangat terbatas. Setting, lokasi dan waktu digambarkan sekilas saja. Sebuah cerpen hanya akan menyampaikan tentang tokoh dalam gagasan utama yang ada dalam cerita

Bersifat Naratif

Penulisan sebuah cerpen biasanya bersifat naratif. Dalam cerita ini sang penulis cerpen tak memberikan gambaran yang jelas dengan menambahkan pendapat atau argumentasi seorang tokoh atau pakar.

Terinspirasi Dari Kisah Sehari-Hari

Lahirnya ide penulisan cerpen biasanya terinspirasi dari kisah kehidupan sehari-hari. Misalnya saja, ada seseorang yang dalam kehidupannya selalu memegang teguh ajaran agama, hormat orang tua, rajin ibadah dan tak mau menyakiti orang lain, maka lahirlah cerita pendek “Orang Soleh yang Masuk Surga”.

Menggunakan Bahasa Yang Sederhana

Sebuah cerpen biasanya menggunakan bahasa yang sangat sederhana. Tentu, berbeda dengan novel-novel digarap dengan sangat serius. Novel biasanya menggunakan bahasa sastra yang mendalam. Terkadang bahasanya menggunakan bahasa hiperbola.

Sehingga siapapun yang membacanya akan hanyut dan larut dalam ide, gagasan dan cerita sang tokoh yang begitu hidup dalam karya novel. Hal ini bisa terjadi karena dalam proses penulisan novel, sang novelis menggunakan setting lokasi, plot dan karakter tokoh yang lengkap dan sempurna.

Memberikan Kesan yang Mendalam Pada Pembaca

Walaupun cerpen ditulis dengan bahasa yang sederhana, kalimat pendek, jumlah kata yang terbatas tetapi sebuah cerpen perlu memiliki pesan moral untuk membacanya.

Isi pesan ini bisa berupa anjuran untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat layaknya gagasan yang ada dalam cerita. Atau sebaliknya, penulis mengharapkan pembaca menghindari sesuatu yang mereka sampaikan dalam cerita.

Penutup

Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang proses penulisannya sangat sederhana dan cenderung lebih mudah. Untuk memudahkan Anda dalam penulisan cerpen, maka Anda belajar ciri ciri cerpen. Ciri ciri ini akan melekat dalam cerpen bagaimanapun sederhananya.

Sehingga sering kita menemui ada cerpen rasa novel atau sebaliknya novel rasa cerpen. Hal ini bisa saja terjadi karena penulis memahami apa ciri ciri dari masing-masing karya fiksi ini.

Sebuah cerpen yang menggambarkan tokoh secara detail dan lengkap merupakan cerpen rasa novel. Atau novel yang dalam proses penulisannya tak begitu memberikan detail pada tokoh utamanya, maka karya ini termasuk dalam kategori novel rasa cerpen.