Cara Mudah Belajar Kosakata Bahasa Bali Sehari Hari (Lengkap)

Indonesia merupakan sebuah negara yang tersusun atas berbagai suku bangsa dimana setiap sukunya memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Meskipun secara resmi bangsa Indonesia menggunakan bahasa Indonesia, dalam percakapan sehari-hari ataupun dalam kegiatan budaya mulai dari Aceh hingga papua memiliki bahasa dengan dialek yang berbeda. Misalnya seperti Bali yang memiliki bahasa Bali.

Salah satu bahasa daerah yang cukup terkenal adalah bahasa Bali. Bahasa ini banyak digunakan secara luas dalam percakapan di pulau Bali oleh masyarakat asli sana. Selain itu juga digunakan dalam setiap kegiatan kebudayaan khas Bali maupun kegiatan keagamaan hindu Bali.

Kosakata Bahasa Bali

Berikut ini beberapa kata dan kalimat yang sering digunakan dalam bahasa Bali sehari-hari, ingat “a” di akhir kata dibaca “e”, jadi bahasa Bali anda akan terlihat lebih natural.

sedikit = abedik
benar = patut
benar = beneh
salah = iwang
salah = pelih
tanya = metaken
tanya = metakon
permisi = nunas lugra
sekarang = mangkin
sekarang = jani
pulang = mapamit
pulang = mulih

anggota tubuh:

kepala = prabu
kepala = sirah
mata = penyingakan
mata = mata
kuping = karna
kuping = kuping
bibir = lambe
bibir = bibih, bungut
tangan = lengen
kaki = cokor
kaki = batis

nomor

1 = siki
2 = kalih
3 = tiga
4 = papat
5 = lima
6 = nenem
7 = pitu
8 = kutus
9 = sanga
10 = dasa

rahajeng semeng = selamat pagi
rahajeng tengai = selamat siang
rahajeng sanje = selamat sore
rahajeng wengi = selamat malam
kenken kabare = apa kabar
becik – becik = baik baik
saking napi = dari mana ( asal )
tyang saking jakarta = saya dari jakarta
sampun mekelo di bali? = sudah lama di bali?
nggih, sampun 6 bulan = ya. sudah 6 bulan
dije megae? = kerja dimana?
tiang megae ring air port kuta = saya kerja di air port kuta
tyang jagi mepamit dumun = saya mau pamit dulu
matur suksma = terimakasih
suksma mewali = terimakasih kembali
Apa nama daerah ini? – Napi wastan gumine niki?
Siapa nama anda? – Sira pesengan ragane?
Permisi…saya mau bertanya. – Nunas lugra…tyang jagi metaken.
Kamu sudah punya pacar? – Ragane sampun maduwe gagelan?
Jangan bicara begitu! – Sampunang ngeraos kenten!
Boleh saya lewat sini? – Dados tyang ngambahin meriki?
Permisi…saya numpang lewat. – Nunas lugra…tyang nyelang margi.
Selamat Hari Raya Galungan. – Rahajeng Rerahinan Galungan.
Di mana tempatnya Tanah Lot? – Ring dija genah Tanah Lot?
Boleh kurang nggak? – Dados kirang nggih?
Berapa harganya ini? – Aji kuda niki?
Saya mau pulang sekarang – Tyang jagi mapamit mangkin
Kamu kerja di mana? – Ragane ring dija makarya?
Mau pergi ke mana? – Jagi lunga kija?

saya= tiang
saya= rage deweke, icang

kakak laki= beli
kakak perempuan=mbok

siapa nama kamu= sira wastana idane
siapa nama kamu= nyen adan ragane

dari mana= ring dija
dari mana=uling dija

pacar=tunangan

makan= ngajeng,
makan=medaar, ngamah, nidik..

selamat datang= rahajeng rauh

sudah=sampun
sudah= suud
belum=durung
belum=konden, tonden

punapi gatre sareng sami niki = apa kabar semua yang disini
becik napi ten = bagus apa gak??
tyang jagi ngajeng dumun = saya mau makan dulu
sawireh basang tyang sampun seduk sajan = karena perut saya lapar sekali
sampunang lali mlali mriki nggih = jangan lupa maen2 sini yah
suksma = trims
lagi ngapain = ngudiang? atau nak ngudyang ne nah ?
sudah makan=sampun ngajeng
punapi gatra? = apa kabar?
adan tiang Wira = nama saya Wira
buin mani = besok
dija? = dimana?
matur suksma = terima kasih
melali = jalan-jalan
sampun = sudah
jani = sekarang
jam kuda = jam berapa
sampun ngajeng? = sudah makan?

Makan : ngajeng, dahar
Lari : melaib
Uang : pipis
Berapa : kude
Lupa : engsap
Diam : oyong
Dulu : malu
Pacar/kekasih : tunangan
Belum : konden
Selesai : suwud
Bertengkar : mejagur
Pukul : cacak peleng
Kemana : kije
Dimana : dije
Buang air besar : meju

kerja = megae
gila = buduh
benar = sajan
tolol = lengeh
berkata = ngorang
mau/ingin = nyak
tahu = nawang
siapa = nyen
aku = tyang [halus] kamu = cai [kasar]…menyebut nama = lebih halus
kenken = bagaimana
cantik = jegeg
gadis = bajang
sudah = sube, sampun

Penggunaan Bahasa Bali

Belajar Bahasa Bali
Belajar Bahasa Bali

Bahasa bali paling banyak digunakan oleh suku Bali yang notabene beragama hindu, namun bahasa ini juga menyebar dan digunakan oleh beberapa masyarakat di luar pulau Bali seperti di pulau Lombok bagian barat dan ujung timur pulau Jawa. Penggunaan bahasa ini di luar pulau Bali ini ditengarai karena hubungan masyarakat bali dengan masyarakat pulau lainnya yang berdekatan.

Karena bahasa bali banyak mendapat pengaruh dari bahasa Jawa, bahasa ini memiliki tiga jenis tingkatan kosakata berdasarkan penggunaannya sama seperti bahasa Jawa. Tiga tingkatan tersebut adalah bahasa Bali halus, bahasa Bali madya dan bahasa Bali kasar.

Bahasa Bali halus merupakan tingkatan yang nilai rasanya paling tinggi dibandingkan yang lain. Umumnya tingkatan bahasa yang halus digunakan dalam upacara adat atau ceramah keagamaan masyarakat hindu Bali. Dalam percakapan informal umumnya digunakan ke[pada orang yang belum dikenal, perbincangan para kaum bangsawan atau ketika berbincang dengan pemuka agama Hindu.

Tidak semua masyarakat suku Bali dapat menggunakan bahasa Bali halus, karena umumnya digunakan oleh masyarakat kelas atas di Bali sehingga bagi para masyarakat kasta bawah terutama kaum pemuda yang jarang mengikuti upacara adat akan kesulitan mengerti atau menggunakan bahasa Bali halus.

Bahasa Bali madya merupakan bahasa yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari seperti percakapan dalam keluarga ataupun komunikasi di lingkungannya. Bahasa ini memiliki nilai kesopanan yang sedang. Tingkatan bahasa ini umumnya merupakan bahasa ibu asli masyarakat bali kecuali kaum bangsawan yang umumnya menggunakan Bahasa Bali Halus.

Bahasa Bali kasar adalah bahasa yang memiliki tingkatan nilai kesopanan paling rendah. Umumnya bahasa ini digunakan untuk binatang. Apabila pada bahasa Indonesia kata verbal yang digunakan oleh manusia dan binatang adalah sama, maka dalam bahasa bali kata kerja untuk binatang dan manusia harus dibedakan karena dianggap tidak sopan menggunakan kata kerja manusia untuk binatang ataupun sebaliknya.

Perbedaan Bahasa Bali

Belajar Bahasa Bali
Belajar Bahasa Bali

– Mendy makan nasi
– Ayam makan nasi

Maka kata verbal “makan” dalam bahasa Bali harus berbeda karena salah satu digunakan oleh manusia dan satunya lagi dilakukan oleh binatang. Untuk manusia makan menjadi ngajeng dan untuk binatang makan menjadi ngamah. Dalam bahasa ini terjemahannya menjadi

-Mendy ngajeng nasi
-Ayam ngamah nasi

Selain untuk hewan, bahasa bali kasar juga sering digunakan untuk umpatan atau melecehkan ketika sedang marah atau bertengkar. Tujuannya adalah untuk merendahkan lawan bicara.

Pengucapan Bahasa Bali

Belajar Bahasa Bali
Belajar Bahasa Bali

Berbeda dengan bahasa Indonesia yang memiliki 5 huruf vokal, bahasa ini memiliki 6 huruf vokal berupa a, i, u, e o dan Ə. Sedangkan huruf konsonan pada bahasa ini berjumlah 17 berbeda dengan bahasa Indonesia yang memiliki 21 huruf konsonan.

Huruf konsonan tersebut dapat dibagi berdasarkan cara pembacaannya. Huruf konsonan yang dibaca dengan letup adalah p, b, t, d, c, k, g, dan Ɉ. Huruf konsonan yang dibaca dengan cara sengau adalah m, n, ŋ dan ɲ. Huruf konsonan yang dibaca dengan suara desis adalah s dan h. Huruf konsonan yang dibaca dengan suara getar atau sisi adalah r dan l. Huruf konsonan yang dibaca dengan suara hampiran adalah w dan j.

Salah satu ciri khusus dari bahasa tersebut adalah pada fonem eksplosif tak bersuara huruf t pada posisi akhir dibaca sebagai [t], tetapi apabila huruf t berada di posisi awalan kata maka dibaca secara retrofleks atau sebagai [ʈ].
Sedangkan huruf vokal a jika berada pada akhiran kata maka dibaca sebagai [ĕ]. Contohnya adalah dalam kata pantai Kuta, huruf a pada akhiran kata Kuta tidak dibaca sebagai a tetapi sebagai ĕ sehingga pembacaannya menjadi [k’uʈĕ].

Sebagai bahasa yang memiliki induk bahasa Austronesia, bahasa ini memiliki ciri khas dimana kosakatanya cenderung berupa dwisukukata dan umumnya kosakatanya memiliki pola perulangan huruf konsonan–vokal–konsonan–vokal–konsonan (KVKVK).

Namun dalam bahasa tersebut terdapat sedikit perbedaan dengan bahasa Austronesia lainnya seperti Melayu dimana dalam bahasa tersebut terdapat reduplikasi kosakata monosilabik yang berbentuk KVK dirubah menjadi pola Konsonan-Vokal-Konsonan-Konsonan-Vokal-Konsonan (KVKKVK) contohnya kata “kukus” dalam bahasa melayu berubah menjadi “kuskus” dalam bahasa tersebut atau kata “ngengat” dalam bahasa Melayu berubah menjadi “ngetnget” dalam bahasa Bali. Jika diperhatikan, tulisan bahasa Bali ada kemiripan dengan tulisan bahasa Jawa dan juga bahasa Thailand.

Kekerabatan Bahasa Bali dengan Bahasa Lainnya

Belajar Bahasa Bali
Belajar Bahasa Bali

Meskipun bahasa ini mendapat pengaruh dari bahasa Jawa dalam memiliki tingkatan kesopanan bahasa, namun kosakata bahasa tersebut lebih memiliki kemiripan dengan bahasa Melayu. Namun bahasa ini  memiliki keakraban yang terdekat dengan bahasa sasak dan bahasa Sumbawa. Ketiga bahasa daerah ini juga berada dalam satu rumpun bahasa yang spesifik yaitu rumpun Proto-Bali-Sasak-Sumbawa.

Perbedaan yang paling terlihat antara bahasa Bali dan Melayu adalah dalam kosakata yang memiliki akhiran huruf /r/ pada pada bahasa Melayu sering diubah menjadi akhiran /h/ dalam kosa kata bahasa ini.
Beberapa kosa kata bahasa Bali yang sama dengan bahasa Melayu namun berbeda dengan bahasa lainnya adalah dua, jalan, ada, di, bunga, nasi, buah, beli, dll.

Beberapa kosa kata bahasa Bali yang sama dengan bahasa Banjar namun berbeda dengan bahasa lainnya adalah batis, jukung, ujan, dll.

Beberapa kosa kata bahasa Bali yang sama dengan bahasa Jawa namun berbeda dengan bahasa lainnya adalah sampun, seda, rawuh, saking, teges, dll.

Contoh Percakapan Bahasa Bali

Percakapan Bahasa Bali di Pasar

Pembeli : “Kude niki Pak?” (Berapa harganya ini Pak?)

Penjual  : “Telung tali Bu” (Tiga ribu Bu)

Pembeli : “Dados kuang Pak?” (Boleh kurang Pak?)

Penjual  : “Dados kuang bedik” (Boleh kurang sedikit)

Pembeli : “Siu pak nggih” (Seribu ya Pak)

Penjual  : “Nggih dados ampun. Kuda kal meli nike” (Ya boleh. Berapa mau beli?)

Pembeli : “Siki manten Pak. Niki pesne Pak” (Satu saja Pak. Ini uangnya Pak)

Bertanya Nama dan Asal dalam Bahasa Bali

X : “Sira pesengane” (Siapa namamu)

Y : “Titiyang Reno” (Saya Reno)

X : “Saking napi asal ragane” (Dari mana asalmu?)

Y : “Saking Banjarnegara” (Dari Surabaya)

Tips Belajar Bahasa Bali untuk Pemula

Mempelajari bahasa daerah atau bahasa asing menjadi penting saat kita mengunjungi tempat tersebut. Seperti ketika di Bali, alangkah baiknya jika kita belajar bahasa Bali. Ada beberapa tips yang akan membantu dalam belajar bahasa Bali.

1. Memperbanyak kosakata yang digunakan sehari-hari

Memperbanyak kosakata terutama yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari akan membantu kita lebih cepat memahami setiap ucapan yang menggunakan bahasa Bali. Kita bisa memperbanyak kosakata seperti perkenalan, sapaan, angka, dan lain-lain.

2. Memperbarui kosakata setiap hari

Agar lebih bisa mengerti setiap percakapan, kita harus mengetahui setiap kosakata yang dituturkan. Tips untuk mengetahui kosakata yaitu dengan meningkatkan gudang kosakata bahasa Bali agar lebih mahir. Paling tidak kita bisa memperbarui atau menambah beberapa kosakata setiap harinya.

3. Mempraktekkan pengucapan

Memperbanyak kosakata dan memperbaruinya secara rutin akan sia-sia jika tidak dipraktekkan. Untuk itu kita harus mempraktekkan kosakata yang sudah dihafal sebelumnya. Pengucapan menjadi hal yang penting dalam komunikasi. Jika pengucapannya salah, tentu pemahaman lawan bicara juga bisa salah.

4. Mempraktekkan dengan teman

Proses belajar bahasa Bali akan bisa lebih cepat dengan cara mempraktekkannya dengan lawan bicara. Kita bisa mempraktekkannya dengan teman dekat kita yang sama-sama sedang belajar bahasa Bali atau teman kita yang berasal dari Bali. Selain dengan cara melakukan percakapan, kita bisa membuat penguasaan bahasa Bali lebih menyenangkan seperti dengan tebak kosakata atau yang lainnya.

5. Memanfaatkan media elektronik untuk belajar

Di era teknologi yang demikian maju, kita bisa memanfaatkannya untuk belajar bahasa Bali lebih mudah dan cepat. Kita bisa belajar menggunakan audio video atau dengan aplikasi sehingga pembelajaran akan lebih mudah dan fleksibel.

6. Menggunakan bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari

Sebaiknya kita mempraktekkan bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari sekalipun kosakata yang dikuasai baru sedikit. Mahir dalam berbagai hal termasuk penguasaan bahasa sudah barang tentu diawali karena kebiasaan menggunakannya.

Aksara Bali

Belajar Bahasa Bali
Belajar Bahasa Bali

Sama halnya dengan bahasa Jawa, bahasa ini memiliki jenis penulisan hurufnya sendiri. Aksara Bali memiliki nama lain hancaraka. Aksara bali ini umumnya digunakan dalam membuat tulisan berbahasa Bali ataupun berbahasa Sanskerta. Aksara Bali ini juga kerap diubah sedikit untuk membuat tulisan berbahasa Sasak. Aksara Bali memiliki kedekatan dengan Aksara dalam Bahasa Jawa karena memang masih termasuk ke dalam rumpun aksara Jawa Kawi.

Di zaman sekarang ini bahkan untuk menulis tulisan berbahasa Bali pun aksara Bali sudah sangat jarang digunakan, umumnya hanya dalam tulisan adat atau keagamaan Hindu Bali. Namun aksara Bali masih banyak diajarkan di berbagai sekolah di Provinsi bali sebagai muatan Lokal. Untuk menulis bahasa tersebut umumnya masyarakat menggunakan huruf Latin.

Aksara Bali memiliki 47 huruf, kata yang berasal dari bahasa ini asli cukup ditulis menggunakan 18 huruf konsonan dan 7 huruf vokal sedangkan bahasa sanskerta yang ditulis menggunakan huruf Bali perlu menggunakan semua jenis huruf.

Bahasa sanskerta yang ditulis dengan huruf Bali menggunakan padanan Bali, pada bahasa sanskerta perbedaan panjang vokal akan membedakan arti namun jika ditulis menggunakan aksara Bali tidak dibuat perbedaan arti kata dari panjang vokal. Aksara Bali membagi beberapa kelompok huruf berdasarkan cara pelafalannya yang disebut dengan warga aksara.

Terdapat 5 jenis warga aksara dalam bahasa bali

• Warga Kanthya (Guttural) yaitu kelompok huruf yang pelafalannya menggunakan langit-langit dekat kerongkongan, contohnya seperti konsonan celah suara
• Warga Talawya (Palatal) yaitu kelompok huruf yang pelafalannya menggunakan langit-langit mulut
• Warga Murdhayana (Retroflex) yaitu kelompok huruf yang pelafalannya menggunakan tarikan lidah ke belakang hingga mengenai langit-langit mulut.
• Warga Danthya (Gigi) yaitu kelompok huruf yang pelafalannya menggunakan sentuhan antara gigi dengan lidah, contohnya seperti konsonan rongga gigi.
• Wara Osthya (bibir) yaitu kelompok huruf yang pelafalannya menggunakan sentuhan bibir bagian atas dengan bibir bagian bawah.

Berbeda dengan huruf latin, aksara Bali bersifat abugida yaitu dimana setiap huruf dalam aksara Bali mewakili sebuah suku kata dengan vokal di akhir katanya yang pelafalannya dapat diubah dengan menggunakan tanda baca khusus.

Aksara Bali telah termasuk ke dalam satndar Unicode yang memungkinkan huruf-huruf dari aksara bali ini untuk digunakan dalam bentuk elektronik seperti komputer, smartphone, ataupun halaman internet. Namun penggunaan aksara Bali baru bisa digunakan pada sistem operasi keluarga Linux.

Konsep Geografis Dalam Bahasa Bali

Belajar Bahasa Bali
Belajar Bahasa Bali

Bangsa Austronesia pada umumnya dalam menunjukkan arah akan menggunakan arah mata angin sebagai patokannya, terutama orang suku Jawa yang sangat sering menggunakan istilah mata angin dalam pembicaraan seperti kulon yang artinya barat, kidul yang artinya selatan, alor yang artinya utara, dan wetan yang artinya timur.

Namun dalam komunikasi masyarakat Bali istilah mata angin jarang digunakan. Umumnya masyarakat Bali menggunakan patokan gunung dan laut sebagai patokan arah dalam berbahasa, sehingga arah yang dimaksud akan berbeda-beda di setiap tempat.

Kata “kaja” dalam bahasa ini artinya “arah menuju gunung” namun dalam bahasa Melayu “kaja” secara bahasa artinya adalah arah utara. Dikarenakan masyarakat Bali ada yang tinggal di sebelah utara gunung dan ada yang tinggal di sebelah selatan gunung, maka makna arah dalam kata “kaja dapat berubah.

Bagi masyarakat Bali Utara artinya adalah arah selatan, karena mereka berada di sebelah utara gunung. Sedangkan bagi masyarakat Bali Selatan terutama Buleleng, artinya adalah arah utara karena mereka berada di sebelah selatan gunung. Gunung yang dimaksud dalam kata “kaja” merupakan Gunung Agung dan pegunungan Batur.

Berbalikan dengan istilah “kaja”, kata “kelod” artinya “arah menuju laut” namun dalam bahasa Melayu secara bahasa artinya adalah arah selatan. Dikarenakan masyarakat Bali ada yang tinggal di sebelah utara pantai dan ada yang tinggal di sebelah selatan pantai, maka makna arah dalam kata “kelod” dapat berubah.

Bagi masyarakat Bali Utara artinya adalah arah utara, karena mereka berada di sebelah selatan pantai. Sedangkan bagi masyarakat Bali Selatan terutama Buleleng, artinya adalah arah selatan karena mereka berada di sebelah utara pantai.

Sejarah dan Rumpun Bahasa Bali

Belajar Bahasa Bali
Belajar Bahasa Bali

Bahasa bali tidak begitu saja terbentuk di pulau bali. Bahasa ini memiliki historis yang panjang dalam pembentukan bahasanya menjadi seperti yang sekarang. Untuk bisa memahami asal bahasa tersebut diperlukan pemahaman mengenai rumpun bahasanya hingga asal-usul suku bali.

Dalam merekonstruksi asal bahasa bali para pengamat bahasa dan sejarah menggunakan pendekatan kemiripan struktur bahasa atau linguistik. Berikut ini adalah rumpun bahasa ini mulai dari paling luas hingga paling spesifik.

a. Rumpun bahasa Austronesia

Bahasa bali berinduk dari rumpun bahasa Austronesia. Rumpun bahasa ini menyebar di sekitar samudera Pasifik (oseania) mulai dari Selandia baru di bagian selatan hingga ke Taiwan dan Hawai di bagian utara. Di bagian timur rumpun bahasa ini menyebar ke berbagai kepulauan kecil di Pasifik seperti pulau paskah, pulau Fiji ataupun pulau Maladewa. Di bagian barat rumpun ini bahkan melewati samudera hindia hingga ke pulau Madagaskar di sebelah timur Afrika.

Umumnya rumpun bahasa Austronesia secara historis tidak banyak memiliki peninggalan dalam bentuk tertulis sehingga para peneliti sulit untuk merekonstruksi terbentuknya rumpun bahasa ini. Menurut beberapa ilmuwan seperti Melton (1998) menyatakan bahwa asal-usul bangsa Austronesia adalah dari Taiwan. Hal ini diketahui dari pendekatan linguistik karena adanya pembagian bahasa Austronesia dari bahasa Formosa asli.

Bahasa ini kemudian menyebar seiring menyebarnya bangsa Austronesia di sekitar kepulauan samudera pasifik. Rumpun bahasa Austronesia pun juga ikut berkembang dan berubah menjadi beberapa rumpun bahasa yang lebih spesifik seperti bahasa Atayalik, bahasa Formosa, bahasa Puyuma, bahasa Paiwan, bahasa Rukai, bahasa Tsouik, bahasa Bunun, bahasa dataran rendah barat dan bahasa Malayo-Polinesia.

b. Rumpun Bahasa Malayo-Polinesia

Bahasa bali secara lebih spesifik masuk ke dalam rumpun bahasa Malayo-Polinesia. Rumpun bahasa Malayo Polinesia dapat dibagi menjadi bagian Barat dan bagian timur. Malayo Polinesia bagian barat digunakan oleh sekitar 300 juta orang seperti bahasa Indonesia, bahasa Jawa bahasa Melayu bahasa Tagalog, bahasa Bugis, dll. Sedangkan bahasa Malayo-Polinesia bagian timur digunakan hampir satu juta orang seperti bahasa Polinesia dan bahasa

Mikronesia di wilayah kepulauan pasifik

Belajar Bahasa Bali
Belajar Bahasa Bali

Ciri dari rumpun bahasa Malayo Polinesia adalah memiliki pola awalan, sisipan dan akhiran (prefix, infix dan suffix). Selain itu dalam rumpun bahasa ini ada reduplikasi dimana sebagian kata atau keseluruhannya dilakukan pengulangan, pengulangan ini digunakan dalam menguatkan makna kata, melemahkan makna kata, menulangi kata hingga meramaikan.

Bahasa Malayo-Polinesia juga mempunyai entropi yang rendah dan umumnya jarang ditemukan kata dengan konsonan yang rangkap, setelah konsonan selalu diikuti huruf vokal dan setelah huruf vokal umumnya adalah huruf konsonan. Huruf vokal dalam bahasa Malayu-Polinesia umumnya hanya 5 vokal dasar yaitu a, i, u, e, o.

c. Rumpun Bahasa Melayu-Sumbawa

Rumpun bahasa ini merupakan cabang dari rumpun bahasa Malayo-Polinesia bagian Barat. Kelompok bahasa ini menggabungkan linguistik bahasa Melayik dan Chamik serta beberapa bahasa di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.

Terdapat persamaan dalam rumpun ini dengan beberapa rumpun lainnya seperti rumpun Sunda, Madura dan Sasak. Namun persamaannya cuma berupa tingkatan bahasa krama yang umumnya digunakan dalam kegiatan formal kebudayaan setempat dan tingkatan bahasa ngoko yang umumnya digunakan dalam percakapan informal sehari-hari.

Persamaan rumpun bahasa ini dengan bahasa Jawa lebih banyak pada kosa kata tingkat bahasa ngoko. Berdasarkan persamaan antara bahasa Bali, bahasa Madura, bahasa Sumbawa, bahasa Sasak dan bahasa Jawa menunjukkan hubungan penyebaran kebudayaan.

Rumpun bahasa Melayu-Sumbawa ini kemudian dibagi lagi oleh Adelaar (2005) menjadi beberapa rumpun yang lebih spesifik menjadi

• Proto-Melayu-Sumbawa berupa bahasa Sunda dan bahasa Madura
• Proto-Melayu-Chamik berupa bahasa Aceh-Chamik dan bahasa Melayik di Kalimantan
• Proto-Bali-Sasak-Sumbawa berupa bahasa Bali, bahasa Sasak dan bahasa Sumbawa